Kamis, 28 April 2016

Inspirasi Dalam Gelap


Aku mempunyai sebuah kisah untuk siapapun yang mau menyimaknya. Ini kisah yang mungkin saja tidak terlalu penting untuk sebagian orang, namun bisa saja menjadi menarik untuk sebagian yang lain. Sebuah kisah tentang diriku dan perjalanan seorang wanita tua yang berusaha keras melawan rasa sepi dan kebingungan dalam dirinya, serta rasa lain yang mungkin terus-menerus menggelayuti dinding hatinya setiap saat di tempat itu. Di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kota Cirebon.
Aku pertama kali melihatnya saat dia sedang duduk bersandar di salah satu tiang sudut masjid, dengan raut muka kosong menatap ke depan namun seolah bukan sesuatu yang terlihat yang sedang dipandanginya. Aku hanya berlalu saat itu, karena kupikir pemandangan seperti ini -orang tua, pengemis, dan lainnya- biasa kulihat di tempat ini, sehingga hal tersebut tidaklah menarik untuk kuperhatikan. Namun di saat yang lain, saat aku kembali melihatnya, baru kusadari bahwa wanita tua ini memiliki banyak cerita kehidupan yang dapat kujadikan pelajaran untukku. Pelajaran tentang arti rasa syukur terhadap apa yang aku punya.
Sebelum kuceritakan wanita tua ini lebih lanjut, aku ingin sedikit memberikan gambaran bagaimana diriku memandang kehidupan serta permasalahan yang kualami sebelum bertemu dengannya. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara dalam keluargaku, laki-laki, usia 22 tahun dan bisa dibilang pengangguran. Aku bukannya tidak mencari pekerjaan, namun jiwa ini lebih senang melakukan wirausaha, Sayangnya semua yang kuusahakan gulung tikar karena tidak adanya keseriusan serta malas menjalankannya. Akhirnya aku merasa gagal serta depresi karena beban omongan keluarga serta orang sekitar tentang status hidupku itu. Selain itu hubunganku dengan teman maupun lingkungan sekitar juga tidak bisa dibilang bagus. Aku menutup diri karena malu serta lebih banyak menyendiri dibanding bersosialisasi. Akibat dari sikapku itu, tidak sedikit teman-temanku yang akhirnya merasa untuk apa bergaul denganku, karena aku seringkali tidak menanggapi mereka, dan akhirnya aku merasa kesepian akibat ulahku sendiri, namun tidak pernah kusadari itu.
Puncak dari semua rasaku yang tidak beraturan itu, membuatku menjadi menyalahkan keadaan dan tidak pernah mensyukuri hidup yang aku jalani. Aku menjadi mudah iri dengan kesuksesan orang lain, aku juga menjadi minder bila harus berinteraksi dengan teman-teman karena terbayang mereka memiliki kehidupan sempurna tidak seperti diriku, serta aku mulai menuduh tuhan tidak adil dalam memberikan kehidupan pada hambanya. Aku menganggap segalanya serba kurang tidak pernah cukup, dan sangat sengsara. Sedangkan kenyataannya bila dilihat secara sadar, aku tidak semenderita itu, semuanya hanya karena akulah yang menjadikannya begitu. Pikiran dan hatiku sudah tertutup oleh sesuatu yang entah apa hingga membuatku merasa selalu tidak beruntung, namun aku masih juga tidak menyadarinya.
Kian lama kehidupanku makin tidak terarah, seolah aku jauh tersesat ke..selengkapnya di SINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH