Senin, 04 April 2016

FILOSOFI MENANAM UMBI DAN MENANAM KELAPA

BELAJAR KEARIFAN DARI PETANI

UMBI KEHIDUPAN


Ladang lereng perbukitan itu nampak menghijau. Aneka tanaman menghiasi tegalan model terasering yang memang paling cocok di tempat itu. Sebuah daerah di gugusan pegunungan seribu, belahan selatan Pulau Jawa, sebuah daerah pinggiran di Salah satu wilayah Propinsi Jawa Tengah. Daerah itu tandus, namun kreatifitas petaninya sungguh sangat perlu diapresiasi. Diantara celah-celah bebatan karang dan kapur, sedikit tanha bisa dijadikan media untuk menanam apa saja.


“Pak, mengapa memilih menanam Kelapa di pinggiran tegalan ini?Mengapa tidak ditanami ubi atau singkong saja?”, Tanya Seorang Pemuda berkumis tebal dan berjenggot lebat,yang sore itu sedang bersama dengan sebuah rombongan kelompok suatu agama tertentu,terlihat dari simbol Salib di jaket beberapa peserta.

“Tidak mas, kalau ditanami Singkong atau Ubi,repot. Selain hama yang selalu menyerang, juga karena mesti tiap tahun menanami baru. Kalau saya tanami Kelapa, meski tidak bisa langsung setahun panen namun saat mulai panen pasti akan bertahan lama”. Jawab  Pak Tani itu dengan jelas, sembari menyingkirkan dan mencabuti rerumputan di sekitar tegalannya.

Dalam perjalanan pulang, kami terdiam,mungkin masing-masing letih. Hanya saya yang terdiam sembari merenung. Falsafah bapak tani tadi sungguh menarik, menamam sekali namun berharap hasil berkali-kali. Meski harus menanti dalam rentang waktu yang tidak sebentar.

JALAN SUKSES

Terkadang kita salah membangun kerangka berpikir. Menanam ubi atau sayur namun berharap akan selalu panen seperti Kelapa, atau sebaliknya, menanam Kelapa namun berharap akan segera dipetik seperti menanam sayur ataupun ubi. Salah berpikir ini bisa berakibat salah menjalani hidup dan kesalahan bisa berakibat sangat fatal. Apa akibatnya?Gagal menata kehidupan dan selalu sepanjang hidupnya terjerembab dalam kubangan persoalan-persoalan yang semestinya bisa diselesaikan dengan baik di waktu yang telah berlalu.

Salam Hormat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH