Sore yang sedikit mendung, namun nampaknya hujan tidak akan turun. Semilir angin yang lembut mengisyaratkan bahwa cuaca segera akan berganti,menjadi cerah. Mendung yang sedari tadi menutupi perbukitan dan pedesaan perlahan pergi, dibawa angin menjauh. Entah ke mana mereka akan bertamasya. Sekelompok lembu sapi asyik makan di ladang Pangonan, sementara bocah-bocah angon bermain air di kalen dekat tempat itu.
Dalijo, salah satu dari bocah angon itu,
terlihat asyik mengamati sesuatu. Ternyata, Dalijo sedang mengamati kapas dari
kapuk Randu yang pecah dan tercerai karena tertiup dan terbawa angin.
“Apa itu Dal?”, Tanya Tatag, kawan seperjuangan dan sepermainan.
“Kapuk Tag, bukan apa-apa”, Jawab Dalijo
datar.
Mereka kemudian menuju sebuah tempat teduh, di
tempat itu kemudian mereka duduk. Tanah agak miring, di bawah hutan pinus,
dekat aliran kalen, orang daerah situ
menamakannya Teken. Mereka duduk, menghadap ke arah timur, dan mereka
melihat bukit-bukit hijau,sinar matahari yang lembayung mengores senja, karena
mendung telah sirna. Duduklah mereka berdua, Dalijo dan Tatag, tidak
berdekatan,meski juga tidak berjauhan,namun itulah keakraban mereka. Setelah terdiam
beberapa waktu, Tatag membuka perbincangan.
“Dal, musimnya sudah mangsa sanga,tapi hujan masih sering turun. Banyak tanaman yang
gagal panen, juga kapuk randu milik bapak gagal panen. Semua yang cengkar
menjadi basah dan tidak berguna”, Tatag berkisah.
Dalijo diam. Kemudian dia beranjak berdiri,
seolah mengejar sesuatu. Tatag diam,tidak ikut,hanya mencermati karibnya itu. Ternyata
Dalijo mengejar kapas kapuk randu yang terbang.
“Ini kapas Tag, kapas Randu. Sudah kering dan
tidak kena hujan hingga bisa terbawa angin”, Dalijo mendekati Tatag lagi,
sembari memegangi segenggam kapas. Kemudian kembali duduk.
“Kapas ini mengingatkanku akan nasehat
almarhum simbok Tag. Saat di desa kita sering muncul isu dan fitnah, almarhum
mengajariku untuk tidak suka memfitnah. Fitnah itu seperti kapas yang
diterbangkan angin. Dia akan bebas mengembara sesukanya. Dan setelah itu, sulit untuk mengumpulkannya kembali. Demikian
juga dengan fitnah, jika ternyata itu tidak terjadi, maka sulit untuk
memulihkan nama yang jelek akibat fitnahan itu”,Dalijo berkisah sembari
menimang kapas kapuk di dua telapak tangannya.
“Benar katamu Dal, untuk itu,mari kita
berhati-hati. Jangan cepat termakan gossip atau info yang kurang jelas
kebenarannya.”
Langit semakin cerah meski awal gelap mulai
terasa. Mereka berdua segera mencari lembu sapinya, untuk digiring pulang. Di tempat
dan oleh bocah angon ini, ada pelajaran hidup yang tiada ternilai harganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar