Sore itu
Dalijo sedang istirahat, setelah seharian membantu bapaknya membersihkan rumput
di kebun jagungnya. Desiran angin yang sepoi-sepoi menjadikan Dalijo terbawa
kantuk. Di sana, di sekitar pepohonan hutan pegunungan itu, kicauan burung liar
dan gemericik air sungai gunung menambah indah senja yang cerah. Dan, Dalijo hamper
terbawa arus mimpi.
“Aduuuohhhh
Biyuunggg…..Bajindul..!”, Menjerit kaget Dalijo yang terlier-lier dengan
serangan kantuk dan cumbuan anginsenja yang sepoi itu.
“Ada apa
ngger anakku, Dalijo sing bagus dewe?”, Bapaknya beringsut mendekat,
mengkuatirkan jeritan anak lelakinya.
“Anu pak,
ini lho, semut. Jian.. kurangajar bener, aku lagi ngaso dari bekerja serius
ini, lha kok nggigit tanpa permisi. Ya sakite Poll pak..”, Jawab Dalijo sembari
celingukan mencari Semit dan kawan-kawannya. Sepertinya Dalijo sadar bahwa
semut itu tidak akan pernah senditri, ia akan selalu bersama yang lainya. Sesaat
kemudian setelah menemukan Semut buruannya, Dalijo hendak menggebuknya.
“E..ee..Jangan
Nak, jangan kau sakiti semut itu. Coba perhatikan, jangan-jangan kamu yang
mengganggunya. Ayo,lihat dulu”, Bapaknya mengingatkan sembari mengajaknya
menyimak kawanan semut itu.
Kemudian mereka
menemukan semut yang banyak, beriringan dalam jumlah yang banyak. Mereka nampak
mengangkut sejumlah barang. Mereka rukun dan tertib. Sambil mengikuti rombongan
semut itu, mereka asyik dalam alam pikiran masing-masing tentang semut. Dan hingga
sampailah di bawah rimbunnya pohon jambu air. Mereka berhenti dan semakin
cermat mengamati rombongan semut itu.
“Perhatikan
nak, semut itu rukun. Mereka bekerja sama dengan jujur dan terbuka. Lihat,
tidak semua bekerja,mada yang hanya hilir mudik. Dan itu,, lihat, ada yang
malah menaiki benda yang sedang mereka angkat. Mereka damai dengan semua
keberadaannya”, bapak Dalijo memberi petuah dengan semut itu.
“Iya ya pak,
mereka tidak bertengkar dan berebut. Coba manusia, jika merasa tidak adil terus
ngamuk,mutung. Jika merasa disakiti sedkit saja langsung ngambek dan mutung. Ternyata
kita kalah dewasa dengan semut ya pak”, Ungkap Dalijo polos.
“Hushh,
jangan gitu, nanti kamu dimarahi yang baca tulisan ini lho, kamu bisa diberi
espe, Surat Peringatan!”, Gurau bapaknya.
“Lha saya
kan bukan karyawan pete manapun ta pak?”, Jawab Dalijo polos. Mereka bergegas
menata alat kerja mereka, senja semakin temaram. Saat yang tepat mengistirahatkan
raga.
Dari Semut
kita bisa Belajar betapa saling mengerti dan memahami itu indah. Dan manusia
justru makluk yang palng sulit mengerti dan memahami satu dengan yang lain. Iri,dengki,cemburu
dan dendam masih setia singgah dalam
kehidupannya.
Dan mungkin,
ada yang tersenyum atau malah tersinggung dengan tulisan ini.
Salam Hormat dari Dalijo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar