Selasa, 27 September 2016

Paku di Pagar



Dalijo adalah seorang anak yang memiliki tabiat yang kurang baik. Gampang sekali marah, memaki, ataupun mengomel, kepada siapa saja dan kapan saja. setiap hal yang tidak menjadi  keinginannya, akan menjadikannya marah luar biasa.
 SEGERA BERGABUNG UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK
Suatu hari Bapaknya memberikan sekantung paku seraya berpesan, setiap kali dia (Dalijo)  marah, memaki atau mengomel, ia harus menancapkan sebuah paku pada kayu pagar belakang rumah.
Di hari pertama saja, Dalijo menancapkan 27 paku. Sempat Dalijo kaget dengan jumlah paku yang ia tancapkan,namun kekagetan yang sementara dan belum mengubah apapun darinya.

Hari demi hari berikutnya ia mampu mengurangi jumlah paku yang mesti ditancapkan.
Lama-lama ia menjadi sadar, bahwa ternyata lebih mudah mengendalikan emosinya daripada harus menancapkan paku di pagar belakang rumah.
Ia melaporkan hal itu pada bapanya.
Setelah itu bapaknya menyarankan,  agar mulai sekarang Dalijo  diharuskan mencopot kembali satu paku setiap kali ia berhasil mengendalikan emosinya.
Pada akhirnya Dalijo  berhasil mencopot semua paku yang tertancap pada kayu pagar tersebut.
Bapaknya kemudian menggandeng Dalijo melihat pagar kayu.
"Dakijo anakku cah bagus, kau telah melakukan sesuatu yang baik, sangat baik. Namun, lihatlah kayu besar ini sekarang berlubang-lubang, tidak mulus lagi. Inilah cermin hidup.
Setiap kemarahan, kegusaran, akan menimbulkan bekas luka di hati orang. Persis seperti bekas-bekas lubang paku pada kayu ini.
Betapapun kita berkali-kali minta maaf, luka itu masih ada."

"Setiap kemarahan akan membuatmu menjadi lebih kecil, sementara memaafkan akan mendorongmu untuk berkembang jauh melebihi ukuranmu."
Dalijo tersenyum, agak pahit. Lalu kemudian tertunduk...ada guratan duka di wajah ndesonya...
Cerita Dalijo akan ada sambungannya...

Pakne Dalijo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH