Malam tadi
hujan mengguyur tanah. Ada hawa dingin serta nuansa sejuk menyelimuti
Semesta. Derai air yang berlomba untuk
menyapa tanah seolah simfoni semesta purbakala. Hanya sayang, nampaknya nyayian
hujan sudah kurang begitu menggoda untuk dinikmati alunannya.
Manusia jaman
sekarang lebih suka memburu kepuasan dan hujan tidak bisa memberi kepuasan. Mungkin
masih ada satu dua yang senang dengan hujan karena bisa menghindari
tugas,tanggungjawab serta kewajiban. Ada rang yang bersyukur karena hujan,
karena dengan hujan acara RTan gagal. Acara RTan sering menjadi momok
menakutkan karena di sana mesti mengangsur pinjaman,maka hujan akan
menjadi berkat yang bisa memanggil senyuman mengembang bak bunga matahari di
pagi hari.
Di balik
hujan ada selaksa peristiwa. Dari yang menangis duka sampai yang terbahak bahagia.
Namun,untukku, sepanjang malam, hujan memberi warna dan nuansa tersendiri. Hujan
mengingatkanku akan dua sosok yang sangat dekat denganku,yang sudah
mendahuluiku kembali ke dalam keabadian. Dalam hujan dan malam kuingat
saat-saat indah, di sebuah tempau Nun di sana. Saat hujan, kembali terdengar
lirih lantunan nasehat indah, lantunan sapaan mesra. Dalam gemericik hujan,
bisa kudengar kembali senggak batuk
mereka.
Malam semakin
beringsut dan hujan masih setia membuai bumi. Kubuka jendela,kulihat mutiara
pelangi di balik air hujan yang mengalir dari selokan genting. Meriap-riap
menembus malam dan membiaskan aneka warna dari balik cahaya neon listrik. Dan
di balik air hujan itu kulihat wajah-wajah teduh tersenyum,menyapa dengan
ramah,seolah hendak mendekapku. Wajah-wajah yang sangat aku damba kembali hadir
menyapa.
Namun tiba-tiba
hujan mereda dan airnyapun perlahan pula sirna. Naynyian hujan usai dan malam
kembali melanjutkan laju langkah gontainya menyusuri lorong-lorong peradaban
yang semakin rapuh. Dan saat seperti ini, aku merindui hujan kembali…
Untuk yang
selalu merindui Hujan…
Wisma
Kesunyian..Medio September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar