Seorang
sahabat sedang mengalami kecelakaan,sehingga batal mengadakan pertemuan Bisnis
dengan kolega bisnisnya. Perkiraan keuntungan besar lenyap karena kegagalan
perjumpaan hari itu. Semua berpikir bahwa dia akan mengalami kekecewaan yang
teramat mendalam. Namun saat kami menjenguknya, sama sekali tiada guratan
kekecewaan dan kesedihan di wajah sahabat kami tersebut.
“Ini bukan
bencana, ini adalah bagian dari dinamika kehidupan. Dan bagi saya, ini adalah
berkat. Dengan kecelakaan ini saya bisa diam dan tidak selalu aktif bergerak. Dengan
kecelakan ini saya bisa mengamati semut yang hilir mudik,dengan kecelakaan ini saya bisa
mengamati cicik-cicak yang bercanda mencari mangsa dalam hidupnya”. Demikian
sahabat ini berkisah.
“Selama ini
jarang sekali saya bisa mengamati hal-hal kecil dan sederhana yang berseliweran
dalam kehdupan saya. Yang saya pikirkan adalah kerja,usaha dan
uang..uang..uang. selain itu tidak. Saya justru tidak bahagia dengan semua itu.
Dengan kekayaan,dengan harta,dengan kemewahan,saya justru tertekan. Hidup seolah
hanya untuk bekerja dan untuk uang.” Lanjuta sahabat saya dengan senyum
sederhana.
Kami kaget
sekaligus kagum. Kegagalan mendapatkan uang besar dengan bisnisnya tidak
membuatnya bersedih, malah bersyukur bahwa kecelakaan yang dialaminya justru
sebagai sebuah berkat dari Sang Pemberi Hidup. Saat saya memberanikan memberi argument
bahwa dia bisa bahagia karena memiliki banyak harta kekayaan, dia malah
menjawab.
“Jka kalaian
semua benar-benar membutuhkan harta saya,dan itu karena kebutuhan yang sangat
penting, silakan minta. Saya akan memberikannya dengan sukarela. Silakan menyebutkan
kebutuhan saudara-saudara,maka saya akan memberi untuk saudara semua. Namun jika
yang saudara bukan untuk kebutuhan saudara, itu bukan urusan saya, itu urusan
saudara dengan Sang Pemberi Kehidupan yang sangat adil dan bijaksana”, Dengan
lembut sahabat saya ini memberi jawaban.
Kami semua
yang datang mengujunginya menjadi bingung. Kami merasa semua kebutuhan kami
sudah kami mampu cukupi sendiri. Hanya mungkin keserakahan kami yang belum
tercukupi. Kami terdiam, terutama saya. Selama ini saya salah berpikir,saya
selalu menempatkan berkat itu sebagai semua yang bersifat menguntungkan saya. Berkat
itu adalah harta benda yang datang kepada saya. Berkat itu bisa juga berupa
sanjungan,prestasi dan juga pujian untuk apa yang saya kerjakan.
Mungkin diantara
yang membaca tulisan inipun berpikir seperti saya, bahwa berkat itu sebatas
kebaikan dan benda yang yang menyapa kita. Ternyata,dari sahabat ini saya
belajar,berkat dan bukan berkat itu tidak bergantung dari sesuatu di luar
saya/manusia.
Berkat itu
adalah cara berpikir,cara pandang kita terhadap semua hal. Saat kita berpikir
positif, semua adalah berkat. Kritikan adalah berkat, sakit adalah
berkat,makian adalah berkat,penolakan adalah berkat. Kehilangan adalah
berkat,kekecewaan adalah berkat. Semua adalah berkat..
Semoga bermanfaat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar