Kamis, 15 September 2016

BERKAT




Seorang sahabat sedang mengalami kecelakaan,sehingga batal mengadakan pertemuan Bisnis dengan kolega bisnisnya. Perkiraan keuntungan besar lenyap karena kegagalan perjumpaan hari itu. Semua berpikir bahwa dia akan mengalami kekecewaan yang teramat mendalam. Namun saat kami menjenguknya, sama sekali tiada guratan kekecewaan dan kesedihan di wajah sahabat kami tersebut.
“Ini bukan bencana, ini adalah bagian dari dinamika kehidupan. Dan bagi saya, ini adalah berkat. Dengan kecelakaan ini saya bisa diam dan tidak selalu aktif bergerak. Dengan kecelakan ini saya bisa mengamati semut yang hilir  mudik,dengan kecelakaan ini saya bisa mengamati cicik-cicak yang bercanda mencari mangsa dalam hidupnya”. Demikian sahabat ini berkisah.
“Selama ini jarang sekali saya bisa mengamati hal-hal kecil dan sederhana yang berseliweran dalam kehdupan saya. Yang saya pikirkan adalah kerja,usaha dan uang..uang..uang. selain itu tidak. Saya justru tidak bahagia dengan semua itu. Dengan kekayaan,dengan harta,dengan kemewahan,saya justru tertekan. Hidup seolah hanya untuk bekerja dan untuk uang.” Lanjuta sahabat saya dengan senyum sederhana.
Kami kaget sekaligus kagum. Kegagalan mendapatkan uang besar dengan bisnisnya tidak membuatnya bersedih, malah bersyukur bahwa kecelakaan yang dialaminya justru sebagai sebuah berkat dari Sang Pemberi Hidup. Saat saya memberanikan memberi argument bahwa dia bisa bahagia karena memiliki banyak harta kekayaan, dia malah menjawab.
“Jka kalaian semua benar-benar membutuhkan harta saya,dan itu karena kebutuhan yang sangat penting, silakan minta. Saya akan memberikannya dengan sukarela. Silakan menyebutkan kebutuhan saudara-saudara,maka saya akan memberi untuk saudara semua. Namun jika yang saudara bukan untuk kebutuhan saudara, itu bukan urusan saya, itu urusan saudara dengan Sang Pemberi Kehidupan yang sangat adil dan bijaksana”, Dengan lembut sahabat saya ini memberi jawaban.
Kami semua yang datang mengujunginya menjadi bingung. Kami merasa semua kebutuhan kami sudah kami mampu cukupi sendiri. Hanya mungkin keserakahan kami yang belum tercukupi. Kami terdiam, terutama saya. Selama ini saya salah berpikir,saya selalu menempatkan berkat itu sebagai semua yang bersifat menguntungkan saya. Berkat itu adalah harta benda yang datang kepada saya. Berkat itu bisa juga berupa sanjungan,prestasi dan juga pujian untuk apa yang saya kerjakan.
Mungkin diantara yang membaca tulisan inipun berpikir seperti saya, bahwa berkat itu sebatas kebaikan dan benda yang yang menyapa kita. Ternyata,dari sahabat ini saya belajar,berkat dan bukan berkat itu tidak bergantung dari sesuatu di luar saya/manusia.
Berkat itu adalah cara berpikir,cara pandang kita terhadap semua hal. Saat kita berpikir positif, semua adalah berkat. Kritikan adalah berkat, sakit adalah berkat,makian adalah berkat,penolakan adalah berkat. Kehilangan adalah berkat,kekecewaan adalah berkat. Semua adalah berkat..

Semoga bermanfaat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH