Jumat, 12 Mei 2017

Untukmu Yang Mencintai Kuda





Salam Kuda Wahai Pecinta Kuda..

Entah dengan bahasa apa aku harus menggambarkan dirimu. Aku hanya bisa menggambarkan dirimu dengan sederhana, bahwa kau menyukai kuda melebihi sukamu terhadap mantanmu.. 

Kau manusia yang penuh dengan ambisi. Demi meraih ambisi politikmu, kau gadaikan agama awalmu,dan kau berhasil menggaet salah satu putri penguasa terdiktaror negeri ini. Dan kemudian meroketlah jalur kariermu, melompat-lompat seperti pola berpikirmu yang tidak beraturan.

Ketika kemudian kau masuk ke sebuah keluarga kaya nan ambisius dengan harta benda dunia sebagai mahkotanya, kau semakin tenggelam dan terjerembab di sana. Namun nyatanya kau menyukai situasi itu hingga kau sudah mulai tidak disukai keluarga mertuamu yang tinggal di sebuah jalan yang menilik dari namanya seharusnya beraroma wangi. 

Namun tiada kewangian itu, yang ada, anyir darah dan busuknya bangkai.
Suatu waktu, kau berselisih dengan istrimu yang (katanya) sudah memberimu satu anak dan karena kau tiada bermodal harta benda sedikitpun, hanya bermodal wajah lumayan dan semangat saja, kau ditendang. Kau cengar-cengir seperti anak balita kehilangan mainannya. Kemudian terjadi huru-hara di negeri ini, kau mencoba mencari muka di depan keluarga besar mertuamu. Kau habisi saudara-saudara se bangsa dengan bengis. Waktu itu aku belum paham, bahwa kau bengis, namun sekarang aku sangat paham dan kemudian muak dengan wajahmu yang bengisnya kau sembuyikan di balik ketenangan semu itu.

Darah yang kau tumpahkan untuk keluarga istrimu takjua membuat namamu kembali baik, kau tetap tertendang. Bersamaan dengan itu, kaupun di cari bak musang yang baru saja menghabisi ayam-ayam milik pak tani. Kau kabur jauh meninggalkan negerimu, dan kemudian pulang ketika mertuamu sudah tinggal bisanya berkedip belaka.

Waktu terus merangkak dan pada suatu ketika kau menyodorkan dirimu mengais nasip memimpin negeri ini. Namun gagal. Berulangkali kau gagal dan yang sangat memalukan, yang paling akhir, kau tumbang dari “bocah kemarin sore” yang bisnaya hanya mainan mebel. 

Namun takjua kau malu, malah kau susun banyak rencana untuk tampil. Kau berkoar mencintai nusantara ini namun tindakanmu jauh dari kata cinta untuk nusantara.
Kau robek dan sayat-sayat tenunan kain indah bersama nusantara ini demi ambisimu. Kau hembusi pahammu yang salah kepada anak-anak bangsa yang polos namun juga goblok, karena tidak bisa berpikir itu, semua demi ambisimu. Bahkan kau bersorak gembira saat salah satu putra terbaik bangsa terfitnah, dan salah satu pemfitnahnya mungkin juga dirimu, untuk kemudian tervonis 2 tahun penjara.

Kurcaci-kurcaci binaanmu riang gembira dan malah membuat syukuran dengan tumpengan ketika salah satu putra terbaik bangsa ini terpenjara. Inikah isi suara paraumu yang selalu berteriak sok nasionalis?Inikah bukti bahwa kau pernah mengabdi dalam kesadaran tinggi untuk negeri? Ataukah pengabdianmu dulu demi seorang putri penguasa negeri dan kamu lakukan demi ambisi tersembunyimu?

Aku berdoa untukmu, doa yang baik. Semoga Tuhan Sang Pencipta Semesta mengasihimu. Dan ingatlah, bahwa caraNya mengasihimu tidak selalu dengan memberi istri kaya dan cantik, tidak juga dengan keberhasilan semu menipu banyak orang. Cara Tuhan mengasihi terkadang menyakitkan, dank au mesti menerima itu dengan sabar, sesabar istri dan anak-anak Si terpenjara 2 tahun itu.

Selamat Menunggu Kasih Sang Pencipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH