Hari ini Indonesia mencatatkan “sejarah” hebat di dunia
pengadilan. Ketika hakim lebih berkuasa dari jaksa, saat jaksa menuntut satu
tahun penjara dengan masa pencobaan 2 tahun, hakin memutuskan dua tahun
penjara. Dan Ahok, Si Pahlawan Sejati ibu pertiwi akhirnya tumbang.
contoh keadilan yang buta:
Ada tangis mengiringi Ahok ke rutan cipinang dan di
seberang sana, sekelompok anak manusia bersorak dengan pekik gembira dan
mungkin menyebut kata pujian, mereka yang memang ingin berjalan dalam jalan
gelap. Dunia pengadilan di Indonesia terhempas ke titik nadir manakala pejabat
pengadilan negeri ini gagal menunjukkan independensinya dan mengambil keputusan
karena tekanan kelompok tertentu.
Para pejabat pengadilan negeri ini gagal mendengar hati
nurani sebagai alat ukur terkahir dalam melihat sebuah persoalan. Mereka gagal
mendengar karena kebisingan dan gemuruh tekanan dari sekelompok orang yang
sedang tersesat jalan hidupnya. Tertekan dari mereka yang meneriakkan
independensi Hakil dan Jaksa namun secara sadar memaksa hakim dan jaksa
memenuhi tuntutan mereka.
“Keadilan Mungkin Buta, Namun dia bisa melihat dala
kegelapan”
Ungkapan di atas mengkin benar dan untuk waktu sekarang
ini, ketidakadilanlah yang bertahta. Ketidakadilan diarak menuju singgasana
oleh mereka yang berseragam serba putih, meski hatinya legam bak arang. Ketika keadilan
sedang terkudeta, dan ketidakadilan sedang berkuasa, mereka yang bernalar sehat
akan berduka, apalagi yang sudah berjuang sekuat tenaga. Hanya geram dan air
mata yang hadir di hidup mereka.
Namun jangan melemah, tetaplah tegar, karena akan tiba
saatnya keadilan akan “pulang” dan merampas tahtanya kembali. Keadilan memiliki
caranya sendiri untuk hadir dan dia enggan dikendalikan oleh makluk yang
bernama manusia. Keadilan taat kepada hukum semesta sementara ketidakadilan,
selalu melawan hukum semesta.
Keadilan itu adalah milik semesta ini dan ketika ada yang
merampas “property” semesta, maka semesta sendirilah yang akan menggunakan
caranya untuk mengembalikan keadilah yang terkudeta. Dan cara semesta atau alam
ini memamerkan keadilannya sungguh di luar nalar manusia yang terbatas.
Bagi siapa saja, khususnya silent majority di negeri ini,
amati dan tunggulah dengan sabar, karena semesta memiliki caranya sendiri untuk
memulihkan keharmonisannya. Oleh karena itu, meskipun Ahok, si Anak Semesta “menjadi
tumbal” tegaknya keadilan, akan dengan setia mengikuti semua proses hukum. Dan perlu
diketahui bahwa semesta selalu bertindak adil.
Ahok atau Basuki Tjahya Purnama sedang diperkosa oleh
kaum hitam, entah penguasa maupun preman. Ahok sabar karena dia yakin bahwa
pada saatnya, keadilan yang buta itu akan membuka mata iman dnengan tepat. Dengan
demikian, maka pada akhirnya Keadilan akan pulang ke rumahnya.
Semoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar