Selasa, 09 Mei 2017

“Keadilan mungkin buta, namun dia dapat melihat dalam kegelapan”



Hari ini Indonesia mencatatkan “sejarah” hebat di dunia pengadilan. Ketika hakim lebih berkuasa dari jaksa, saat jaksa menuntut satu tahun penjara dengan masa pencobaan 2 tahun, hakin memutuskan dua tahun penjara. Dan Ahok, Si Pahlawan Sejati ibu pertiwi akhirnya tumbang.

contoh keadilan yang buta: 

 
Ada tangis mengiringi Ahok ke rutan cipinang dan di seberang sana, sekelompok anak manusia bersorak dengan pekik gembira dan mungkin menyebut kata pujian, mereka yang memang ingin berjalan dalam jalan gelap. Dunia pengadilan di Indonesia terhempas ke titik nadir manakala pejabat pengadilan negeri ini gagal menunjukkan independensinya dan mengambil keputusan karena tekanan kelompok tertentu.

Para pejabat pengadilan negeri ini gagal mendengar hati nurani sebagai alat ukur terkahir dalam melihat sebuah persoalan. Mereka gagal mendengar karena kebisingan dan gemuruh tekanan dari sekelompok orang yang sedang tersesat jalan hidupnya. Tertekan dari mereka yang meneriakkan independensi Hakil dan Jaksa namun secara sadar memaksa hakim dan jaksa memenuhi tuntutan mereka.

“Keadilan Mungkin Buta, Namun dia bisa melihat dala kegelapan”

Ungkapan di atas mengkin benar dan untuk waktu sekarang ini, ketidakadilanlah yang bertahta. Ketidakadilan diarak menuju singgasana oleh mereka yang berseragam serba putih, meski hatinya legam bak arang. Ketika keadilan sedang terkudeta, dan ketidakadilan sedang berkuasa, mereka yang bernalar sehat akan berduka, apalagi yang sudah berjuang sekuat tenaga. Hanya geram dan air mata yang hadir di hidup mereka.

Namun jangan melemah, tetaplah tegar, karena akan tiba saatnya keadilan akan “pulang” dan merampas tahtanya kembali. Keadilan memiliki caranya sendiri untuk hadir dan dia enggan dikendalikan oleh makluk yang bernama manusia. Keadilan taat kepada hukum semesta sementara ketidakadilan, selalu melawan hukum semesta.

Keadilan itu adalah milik semesta ini dan ketika ada yang merampas “property” semesta, maka semesta sendirilah yang akan menggunakan caranya untuk mengembalikan keadilah yang terkudeta. Dan cara semesta atau alam ini memamerkan keadilannya sungguh di luar nalar manusia yang terbatas.

Bagi siapa saja, khususnya silent majority di negeri ini, amati dan tunggulah dengan sabar, karena semesta memiliki caranya sendiri untuk memulihkan keharmonisannya. Oleh karena itu, meskipun Ahok, si Anak Semesta “menjadi tumbal” tegaknya keadilan, akan dengan setia mengikuti semua proses hukum. Dan perlu diketahui bahwa semesta selalu bertindak adil.

Ahok atau Basuki Tjahya Purnama sedang diperkosa oleh kaum hitam, entah penguasa maupun preman. Ahok sabar karena dia yakin bahwa pada saatnya, keadilan yang buta itu akan membuka mata iman dnengan tepat. Dengan demikian, maka pada akhirnya Keadilan akan pulang ke rumahnya.
Semoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH