Terus terang, saya salut dengan maraknya gerakan peduli
Ahok, yang didalamnya ada pembelaan terhadap keadilan,terhadap kebenaran,
terhadap keterbukaan. Gara-gara Ahok, dunia tersadar bahwa ternyata di salah
satu sudut dunia ini, di sebuah Negara yang (katanya) paling agamis, dengan
parameter banyaknya rumah ibadah, masih terjadi penidasan atas nama agama. Di Negara
yang (katanya) ramah dan penuhtoleransi, masih nampak nyata terjadi penindasan
dan manipulasi kebenaran mengatasnamakan agama (mayoritas lagi).
Gara-gara Ahok dijebloskan ke dalam penjara, dunai
tersentak. Dunia terbangun dan kemudian sadar. Kesadaran itu diwujudnyatakan
dengan menyalakan lilin. Gerakan penyalaan lilin ini meluas, bukan saja di
wilayah Indonesia saja. Ini menjadi sebuah penanda, bahwa globalisasi sudah
menjadi keniscayaan. Dunia ini sudah benar-benar menjadi “kampung kecil” yang
seolah tanpa batas, tanpa sekat. Dan itu salah satunya adalah gara-gara Ahok.
Karena Ahok ada ribuan karangan bunga. Karena ahok ada
ribuan lilin menyala dank arena Ahok, ada kesatuan, ada kesadaran bahwa dunia
tempat kita berpijak ini masih dipenuhi manusia-manusia yang serakah, yang
bertopengkan agama, siap merampok dan mencabik. Dan gara-gara Ahok, kesadaran
itu terbangunkan.
Hanya saja, ada yang secara bersama-sama perlu disadari secara
kritis. Hal itu adalah, apakah gerakan ini hanyalah gerakan Spartan dan
spontan, sehingga hanya berdurasi tidak lebih dari hitungan hari? Ataukah akan
menjadi sebuah gerakan “Mondial” yang tertata dan terencana dengan sangat rapi?
Ini yang perlu dipikirkan secara mendalam dan dalam kebersamaan yang baik.
Saya tidak ada masalah dengan gerakan ribuan lilin,
bahkan saya mendukungnya. Saya merasa merinding dengan ribuan lilin itu dan
seketika, teringat sebuah syair lagu yang dipopulerkan alm. Chrisye,
Lilin-Lilin Kecil. Hanya yang perlu saya utarakan adalah, jangan sampai gerakan
kepedulian atas keadilan ini kemudian berhenti. Jangan sampai ini hanyalah
sekedar membela Ahok. Ahok memang butuh dukungan dan pembelaan, namun itu hanya
sebagai pemicu saja. Tujuan besar dari gerakan perjuangan ini adalah
terselenggaranya keadilan, kerukunan dan sejahtera bersama di tempat yang
namanya bumi ini.
Sekali lagi, harusnya gerakan ini jangan hanya bertujuan
sekedar membela Ahok, namun harus ditemukan “ruh” perjuangan yang lebih
komprehensip dan universal dalam semangat mondial, bukan regional belaka. Ini yang
mendesak ditemukan, karena kalau hanya sebatas gerakan sponta Spartan serta
regional, hanya akan bertahan dalam hitungan hari. Oleh karena itu, yang
diperlukan adalah koordinasi yang dewasa dan matang, baik antar komunitas local
serta meluas ke titik-titik mondial dengan koordinasi antar Negara.
Hal penting, karena selain sebagai pertunjukan kepada
mereka yang “jatuh cinta” kepada ketidakadilan,penindasan dan pembohongan, agar mereka sadar bahwa gerakan yang melawan
mereka ada di seluruh dunia juga sebgai sebuah langkah antisipatif untuk
pendidikan generasi yang akan datang. Selain itu, saat gerakan ini terstruktur
rapi, maka mereka yang hobynya menindas dan merampas serta menipu itu akan
mulai berpikir ulang dengan apa yang selama ini dikerjakannya. Gerakan yang
rapi akan menjadikan shock terapy untuk mereka yang anti keadilan dan
kedamaian.
Jika ruh itu yang mengembusi gerakan ribuan lilin, maka
ke depan akan tercipta sebuah kekuatan dasyat bernama kekuatan masyarakat nonstructural
demi menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang menyenangkan, menarik dan
membuat siapa saja mencintai kehidupan.
Gerakan ribuan lilin ini memang berangkat dari kasus yang
menimpa Ahok. Dan Ahok sendiri saya yakin tidak merencanakan gerakan ini untuk
dirinya, namun pastilah sebagai negarawan dan pelayan sejati, Ahok berharap
bahwa ruh gerakan ribuan lilin itu tidak hanya untuknya belaka, namun untuk
dunia ini lebih sejahtera.
Semoga ruh gerakan ribuan lilin ini benar-benar menyala
terus sampai selama-lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar