Minggu, 14 Mei 2017

Mencoba Menemukan “ruh” Dari Gerakan Ribuan Lilin





Terus terang, saya salut dengan maraknya gerakan peduli Ahok, yang didalamnya ada pembelaan terhadap keadilan,terhadap kebenaran, terhadap keterbukaan. Gara-gara Ahok, dunia tersadar bahwa ternyata di salah satu sudut dunia ini, di sebuah Negara yang (katanya) paling agamis, dengan parameter banyaknya rumah ibadah, masih terjadi penidasan atas nama agama. Di Negara yang (katanya) ramah dan penuhtoleransi, masih nampak nyata terjadi penindasan dan manipulasi kebenaran mengatasnamakan agama (mayoritas lagi).


Gara-gara Ahok dijebloskan ke dalam penjara, dunai tersentak. Dunia terbangun dan kemudian sadar. Kesadaran itu diwujudnyatakan dengan menyalakan lilin. Gerakan penyalaan lilin ini meluas, bukan saja di wilayah Indonesia saja. Ini menjadi sebuah penanda, bahwa globalisasi sudah menjadi keniscayaan. Dunia ini sudah benar-benar menjadi “kampung kecil” yang seolah tanpa batas, tanpa sekat. Dan itu salah satunya adalah gara-gara Ahok.

Karena Ahok ada ribuan karangan bunga. Karena ahok ada ribuan lilin menyala dank arena Ahok, ada kesatuan, ada kesadaran bahwa dunia tempat kita berpijak ini masih dipenuhi manusia-manusia yang serakah, yang bertopengkan agama, siap merampok dan mencabik. Dan gara-gara Ahok, kesadaran itu terbangunkan.

Hanya saja, ada yang  secara bersama-sama perlu disadari secara kritis. Hal itu adalah, apakah gerakan ini hanyalah gerakan Spartan dan spontan, sehingga hanya berdurasi tidak lebih dari hitungan hari? Ataukah akan menjadi sebuah gerakan “Mondial” yang tertata dan terencana dengan sangat rapi? Ini yang perlu dipikirkan secara mendalam dan dalam kebersamaan yang baik.





Saya tidak ada masalah dengan gerakan ribuan lilin, bahkan saya mendukungnya. Saya merasa merinding dengan ribuan lilin itu dan seketika, teringat sebuah syair lagu yang dipopulerkan alm. Chrisye, Lilin-Lilin Kecil. Hanya yang perlu saya utarakan adalah, jangan sampai gerakan kepedulian atas keadilan ini kemudian berhenti. Jangan sampai ini hanyalah sekedar membela Ahok. Ahok memang butuh dukungan dan pembelaan, namun itu hanya sebagai pemicu saja. Tujuan besar dari gerakan perjuangan ini adalah terselenggaranya keadilan, kerukunan dan sejahtera bersama di tempat yang namanya bumi ini.

Sekali lagi, harusnya gerakan ini jangan hanya bertujuan sekedar membela Ahok, namun harus ditemukan “ruh” perjuangan yang lebih komprehensip dan universal dalam semangat mondial, bukan regional belaka. Ini yang mendesak ditemukan, karena kalau hanya sebatas gerakan sponta Spartan serta regional, hanya akan bertahan dalam hitungan hari. Oleh karena itu, yang diperlukan adalah koordinasi yang dewasa dan matang, baik antar komunitas local serta meluas ke titik-titik mondial dengan koordinasi antar Negara.

Hal penting, karena selain sebagai pertunjukan kepada mereka yang “jatuh cinta” kepada ketidakadilan,penindasan dan pembohongan,  agar mereka sadar bahwa gerakan yang melawan mereka ada di seluruh dunia juga sebgai sebuah langkah antisipatif untuk pendidikan generasi yang akan datang. Selain itu, saat gerakan ini terstruktur rapi, maka mereka yang hobynya menindas dan merampas serta menipu itu akan mulai berpikir ulang dengan apa yang selama ini dikerjakannya. Gerakan yang rapi akan menjadikan shock terapy untuk mereka yang anti keadilan dan kedamaian.



Jika ruh itu yang mengembusi gerakan ribuan lilin, maka ke depan akan tercipta sebuah kekuatan dasyat bernama kekuatan masyarakat nonstructural demi menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang menyenangkan, menarik dan membuat siapa saja mencintai kehidupan.

Gerakan ribuan lilin ini memang berangkat dari kasus yang menimpa Ahok. Dan Ahok sendiri saya yakin tidak merencanakan gerakan ini untuk dirinya, namun pastilah sebagai negarawan dan pelayan sejati, Ahok berharap bahwa ruh gerakan ribuan lilin itu tidak hanya untuknya belaka, namun untuk dunia ini lebih sejahtera.

Semoga ruh gerakan ribuan lilin ini benar-benar menyala terus sampai selama-lamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH