Semoga Engkau Selalu Baik kawan..
Nampaknya beda haluan pandangan tentang politik diantara kita sudah membangun tembok tebal
diantara kita. Dan tembok itu semakin nampak menjulang manakala di dalam
pandangan politik itu ada pakaian lain yang bernama agama. Dan seolah-olah jika
sudah menyentuh soal agama, semua menjadi gelap mata. Entah berapa kali terjadi
gesekan terjadi diantara kita dan semua merusak keindahan kata sahabat diantara
kita.
Kawan..aku tidak punya tendensi apa-apa untuk diri
pribadiku, entah untuk dirimu, dalam panggung politik negeri ini, negeri kita
tercinta ini. Lha wong aku juga bukan apa-apa dan siapa-siapa di kancah politik praktis negeri ini..Aku sungguh sangat mencintai negeri ini, negeri tempat kelahiranku,
tempat tumpah darahku. Negeri tempat aku pertama kali menghirup udara indah
nusantara dan yang aku yakini, di negeri ini pula aku akan mengakiri kehidupan
ini.
Dan sekarang aku merasakan ada bahaya besar mengancam keutuhan bangsa
ini, keutuhan dan kebersamaan yang sudah dibangun bersasarkan darah dan air
mata oleh para pahlawan yang bahkan tidak sempat mengalami indahnya kemerdekaan ini. Aku melihat, ada penjahat-penjahat bangsa ini menyusup dan merangsek
dengan segala cara dan yang paling aku heran, banyak yang berbaju agama.
Aku tahu sedikit kawan tentang semua ini. Dan dari
sedikit yang aku tahu ini, aku hendak berbakti untuk negeri, bukan untuk agama,
karena agama bagiku adalah hubungan pribadi dengan Sang Khaliq. Aku juga tidak
peduli jika ada yang menistakan agama yang aku yakini, toh dinista senista
apapun, agama itu tetap tidak ternistakan.
"Aku belajar untuk rendah hati meski apa yang aku imani mengalami penghinaan. Dan jika aku (semoga kaupun juga)
tidak dapat menahan beberapa penghinaan dalam hidupku (an semoga kau juga), kita ini belumlah
rendah hati.
Lalu apa kita juga perlu rendah hati jika agama kita dicela? Seharusnya iya. Tetap rendah hati dan tidak perlu
marah. Karena yang dicela adalah ornamen yang melekat pada diri kita.
Orang sering membela diri: saya boleh dihina tapi agama
saya tidak boleh dihina. Perlu direnungkan... Siapa yang dihina, siapa
yang terluka? Akankah Tuhan Raja Semesta Alam terusik dengan hinaan?
Menurutku tidak.
Dia terlalu besar untuk terusik hal-hal seperti
itu. Lagipula Dia Maha Pengasih, selalu siap mengampuni anak yang
dikasihiNya.
Yang terluka adalah saya. Kita. Ego saya. Ego kita. Bukan
Tuhan. Jangan bawa Tuhan untuk menjelaskan kemarahan kita. Yang marah
adalah saya/ kita, bukan Tuhan. Dan aku..(semoga engaku juga) belum bisa termasuk golonganorang rendah hati kalau belum bisa menahan sedikit hinaan. Sekali lagi..Tuhan tidak perlu dibela"
Kawanku..Baktiku yang hanya bisa dengan tulisan yang sangat
sederhana dan mungkin hanya 0,000000001 % rakyat negeri ini yang membacanya. Namun
tidak mengapa, aku iklas karena aku tiada berkeinginan lain, hanya ingin
berbakti. Aku sadar, baktimu untuk negeri ini jauh lebih luas, lebih spektakuler dan
bombastis, aku tahu itu. Tapi apakah benar kau berbakti untuk negeri ini? Atau
jangan-jangan kau hanya berbakti untuk dirimu sendiri, untuk kelompokmu saja?
Aku tidak hendak bercuriga terhadapmu, aku yakin akan ketulusanmu, karena yang sanggup mengukur ketulusanmu itu hanya dirimu
dan Sang Khaliq.
Aku tidak membenci orang per orang kawan, aku membenci
perilaku mereka. Aku membenci keserakahan mereka, kemunafikan mereka, kelicikan
mereka. Itu yang aku (dan banyak orang yang lain) lihat, dan mungkin sejatinya
engkaupun melihatnya, namun karena sudut pandang kita berbeda, maka beda pula obyek yang kita lihat.
Kawan, tidakkah nuranimu sanggup merasa serta mata
batinmu mampu melihat, bahwa diantara gerombolan berbaju agama itu ada kekuatan
jahat yang hendak menghancurkan negeri kita tercinta ini? Apakah dirimu terlalu
silau dengan jubbah putih dan teriakan-teriakan bernuansa agama namun
sebenarnya justru menistakan agama itu sendiri?
Kawan…
Beragamalah dengan lengkap, jangan hanya kau pakai rasa
belaka, namun pergunakanlah juga logika. Bukankah kau terlahir dalam dan
bersama karunia logika untuk melengkapi
sempurnamu sebagai titahNya? Mengapakah takjua kau pakai logika untuk
menyapaNya?
Kau sering berteriak lantang sedang berjuang untuk
negeri, namun negeri yang mana?Sementara ketika negeri yang indah sedang dalam
ancaman, justru engkau ikut mengancamnya, hanya karena agamamu sama? Dan kau
menutup mata untuk mereka yang se-agama denganmu namun justru berseberangan
dengan dirimu?
Kawan…ini bukanlah soal agama, ini persoalan keutuhan
bangsa kita. Jika aku berbeda denganmu, itu demi cintaku untuk negeri ini. Aku tak
soal kalau ada yang menistakan agamaku, aku tidak akan menuntutnya dan jika ada
orang yang merasa ternistakan saat ada yang seolah menistakan agama, aku akan
menegornya, mengingatkannya.
Aku rasa cukup sekian kawan, surat cintaku ini..Semoga
keindahan persahabatan kita tidak terusakkan oleh beda pandangan politik
diantara kita. Aku menghargai perbedaan ini dan aku berjuang bukan untuk
diriku, apalagi agamaku, aku berjuang untuk negeriku. Lirik lagu ciptaan Izmail Marzuki ini semoga
menyadarkanmu kembali..
Indonesia tanah air
beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu
kala
Tetap di puja-puja
bangsa
Reff :Di sana tempat lahir beta
Dibuai
dibesarkan bunda
Tempat
berlindung di hari tua
Tempat
akhir menutup mata
Sungguh indah tanah air
beta
Tiada bandingnya di
dunia
Karya indah Tuhan
Maha Kuasa
Bagi bangsa yang
memujanya
Reff : Indonesia ibu pertiwi
Kau
kupuja kau kukasihi
Tenagaku
bahkan pun jiwaku
Kepadamu
rela kuberi
Salam Nusantara Jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar