Sabtu, 13 Mei 2017

Surat Untuk Kawan..




Semoga Engkau Selalu Baik kawan..

Nampaknya beda haluan pandangan tentang politik  diantara kita sudah membangun tembok tebal diantara kita. Dan tembok itu semakin nampak menjulang manakala di dalam pandangan politik itu ada pakaian lain yang bernama agama. Dan seolah-olah jika sudah menyentuh soal agama, semua menjadi gelap mata. Entah berapa kali terjadi gesekan terjadi diantara kita dan semua merusak keindahan kata sahabat diantara kita. 

Kawan..aku tidak punya tendensi apa-apa untuk diri pribadiku, entah untuk dirimu, dalam panggung politik negeri ini, negeri kita tercinta ini. Lha wong aku juga bukan apa-apa dan siapa-siapa di kancah politik praktis negeri ini..Aku sungguh sangat mencintai negeri ini, negeri tempat kelahiranku, tempat tumpah darahku. Negeri tempat aku pertama kali menghirup udara indah nusantara dan yang aku yakini, di negeri ini pula aku akan mengakiri kehidupan ini.

Dan sekarang aku merasakan  ada bahaya besar mengancam keutuhan bangsa ini, keutuhan dan kebersamaan yang sudah dibangun bersasarkan darah dan air mata oleh para pahlawan yang bahkan tidak sempat mengalami indahnya kemerdekaan ini. Aku melihat, ada penjahat-penjahat bangsa ini menyusup dan merangsek dengan segala cara dan yang paling aku heran, banyak yang berbaju agama.

Aku tahu sedikit kawan tentang semua ini. Dan dari sedikit yang aku tahu ini, aku hendak berbakti untuk negeri, bukan untuk agama, karena agama bagiku adalah hubungan pribadi dengan Sang Khaliq. Aku juga tidak peduli jika ada yang menistakan agama yang aku yakini, toh dinista senista apapun, agama itu tetap tidak ternistakan. 

"Aku belajar untuk rendah hati meski apa yang aku imani mengalami penghinaan. Dan jika aku (semoga kaupun juga) tidak dapat menahan beberapa penghinaan dalam hidupku (an semoga kau juga), kita ini  belumlah rendah hati.

 Lalu apa kita juga perlu rendah hati jika agama kita  dicela? Seharusnya iya. Tetap rendah hati dan tidak perlu marah. Karena yang dicela adalah ornamen yang melekat pada diri kita.
 Orang sering membela diri: saya boleh dihina tapi agama saya tidak boleh dihina. Perlu direnungkan... Siapa yang dihina, siapa yang terluka? Akankah Tuhan Raja Semesta Alam terusik dengan hinaan? Menurutku  tidak. 
 Dia terlalu besar untuk terusik hal-hal seperti itu. Lagipula Dia Maha Pengasih, selalu siap mengampuni anak yang dikasihiNya.
 Yang terluka adalah saya. Kita. Ego saya. Ego kita. Bukan Tuhan. Jangan bawa Tuhan untuk menjelaskan kemarahan kita. Yang marah adalah saya/ kita, bukan Tuhan. Dan aku..(semoga engaku juga) belum bisa termasuk golonganorang rendah hati kalau belum bisa menahan sedikit hinaan.  Sekali lagi..Tuhan tidak perlu dibela"


Kawanku..Baktiku yang hanya bisa dengan tulisan yang sangat sederhana dan mungkin hanya 0,000000001 % rakyat negeri ini yang membacanya. Namun tidak mengapa, aku iklas karena aku tiada berkeinginan lain, hanya ingin berbakti. Aku sadar, baktimu untuk negeri  ini jauh lebih luas, lebih spektakuler dan bombastis, aku tahu itu. Tapi apakah benar kau berbakti untuk negeri ini? Atau jangan-jangan kau hanya berbakti untuk dirimu sendiri, untuk kelompokmu saja? Aku tidak hendak bercuriga terhadapmu, aku yakin akan ketulusanmu, karena yang  sanggup mengukur ketulusanmu itu hanya dirimu dan Sang Khaliq.

Aku tidak membenci orang per orang kawan, aku membenci perilaku mereka. Aku membenci keserakahan mereka, kemunafikan mereka, kelicikan mereka. Itu yang aku (dan banyak orang yang lain) lihat, dan mungkin sejatinya engkaupun melihatnya, namun karena sudut pandang kita berbeda,  maka beda pula obyek yang kita lihat.

Kawan, tidakkah nuranimu sanggup merasa serta mata batinmu mampu melihat, bahwa diantara gerombolan berbaju agama itu ada kekuatan jahat yang hendak menghancurkan negeri kita tercinta ini? Apakah dirimu terlalu silau dengan jubbah putih dan teriakan-teriakan bernuansa agama namun sebenarnya justru menistakan agama itu sendiri?
Kawan…

Beragamalah dengan lengkap, jangan hanya kau pakai rasa belaka, namun pergunakanlah juga logika. Bukankah kau terlahir dalam dan bersama  karunia logika untuk melengkapi sempurnamu sebagai titahNya? Mengapakah takjua kau pakai logika untuk menyapaNya?
Kau sering berteriak lantang sedang berjuang untuk negeri, namun negeri yang mana?Sementara ketika negeri yang indah sedang dalam ancaman, justru engkau ikut mengancamnya, hanya karena agamamu sama? Dan kau menutup mata untuk mereka yang se-agama denganmu namun justru berseberangan dengan dirimu?

Kawan…ini bukanlah soal agama, ini persoalan keutuhan bangsa kita. Jika aku berbeda denganmu, itu demi cintaku untuk negeri ini. Aku tak soal kalau ada yang menistakan agamaku, aku tidak akan menuntutnya dan jika ada orang yang merasa ternistakan saat ada yang seolah menistakan agama, aku akan menegornya, mengingatkannya.

Aku rasa cukup sekian kawan, surat cintaku ini..Semoga keindahan persahabatan kita tidak terusakkan oleh beda pandangan politik diantara kita. Aku menghargai perbedaan ini dan aku berjuang bukan untuk diriku, apalagi agamaku, aku berjuang untuk negeriku. Lirik lagu  ciptaan Izmail Marzuki ini semoga menyadarkanmu kembali..

Indonesia tanah air beta

Pusaka abadi nan jaya

Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa

Reff :Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata

Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya

Reff : Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi

Salam Nusantara Jaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH