Rabu, 24 Mei 2017

Ahok Mencoba Mengubah Penjara



Penjara, selalu menjadikan orang berpikir negative terhadapnya. Tiada seorangpun yang menempatkan atau memberi makna positif terhadap tempat yang bernama penjara. Dalam benak setiap orang, penjara selalu sebagai sebuah tempat untuk para durjana, para penjahat. Tiada seorangpun yang pernah mencoba memikirkan bahwa terkadangm sistem dan orang-orang disekitar sistemlah yang lebih berhati durjana dibandingkan mereka yang menghuni tempat bernama penjara itu.


Ahok dipenjara, namun semua nurani manusia yang waras pastilah akan bergejolak bahwa itu merupakan akibat sebuah kekuatan konspiratif aneka anasir jahat di alam semesta ini. Ada anasir nafsu, anasir angkara, anasif keserakahan, anasir cabul dan yang lainnya.
Dan Ahok tidak mencoba menggeliat untuk melawan “takdir” pemenjaraannya, meski ia yakin bahwa ia tidak bersalah. 

Semua itu nampaknya dilakukan Ahok karena memang dirinya paham bahwa upaya bandingnya bisa berdampak buruk untuk orang banyak dan oleh karenanya, Ahok memilih “mengorbankan dirinya” demi kedamaian negeri yang dicintainya, meskipun “lahirnya” keadilan tertunda di negeri ini.

Ahok nampaknya hendak merubah paradigm jelek terhadap penjara. Bahwa penghuni penjara belum tentu yang secara de facto bersalah, bisa jadi penghuni penjara itu hanya dinyatakan bersalah oleh orang-orang yang bersalah dan sedang bermasalah juga.
Ahok sepertinya hendak menjadikan penjara lebih dikenal sebagai sebuah “sekolah keadilan” untuk pembelajaran orang banyak. Dan demi sekolah keadilan itu, biaya yang harus dikeluarkannya amat sangat besar. Biaya psikologi diri dan juga keluarganya, biaya nama baik yang tercoreng dan masih banyak lagi.

Kerelaan Ahok  menyelesaikan “kuliah keadilannya” di fakultas bernama Penjara, adalah teladan baik seorang anak negeri tentang apa itu kepatuhan dan keiklasan. Masalah benar dan salah, nampaknya Ahok menyerahkankan keadilan ke penghakiman alam semesta, ketika manusia yang “digadang-gadang” menjadi pengadil justru mengingkari tugas mulianya.


Dengan pemenjaraan dirinya itu, Ahok seolah hendak menampar siapa saja yang mempermainkan keadilan demi kekuasaan dan uang, bahwa di dalam jeruji penjarapun, 
nama harum tak akan pernah membusuk. Justru dari dalam penjaralah, Ahok mencoba menunjukkan kepada dunia, bahwa memang itulah perjuangan di jalan kebenaran.
Ahok bisa saj kompromi dengan lawan politiknya dan pengusaha serakah di negeri ini, demi lepasnya dia dari penjara. Namun bagi Ahok, kemuliaan ruangan penjara lebih berkesan daripada kebebasan fisik namun psikis terpasung dan nurani tergadaikan. 

Dari dalam penjara, Ahok bisa terus menghembuskan jiwa perjuangan dan bisa terus berjuang. Sementara masyarakat waras negeri ini tetap berdoa dan berharap, bahwa dari dalam penjara, Ahok akan menghasilkan banyak karya untuk mengubah otak nusantara ini menjadi lebih baik lagi.
Selamat Berjuang Kawan, Kuteladani keteguhanmu dan kutunggu engkau di ujung waktu untuk kembali bahu membahu menata negeri tercinta, Nusantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH