Sabtu, 30 Januari 2016

DUA CARA BERPIKIR

TERBUKA DAN TERTUTUP

Lawan dari kata terbuka adalah tertutup. Jika tertutup adalah sebuah keadaan yang mana semua akses terbatasi maka terbuka adalah sebuah akses yang tidak ada batasnya. Tertutup identik dengan kesendirian,ketidakmauan,keengganan dan keegoisan yang tidak mau memberi ruang untuk yang lain. Sementara keterbukaan adalah sebuah keadaan di mana kebersamaan, kerelaan,kesediaan berbagi menjadi bendara yang terkibarkan.
Terbuka dan tertutup,tidak saja berkenaan dengan benda namun juga berkenaan dengan keberadaan atau cara pandang/cara berpikir manusia. Cara berpikir yang terbuka akan selalu berupaya menempatkan semua keadaan sebagai buku yang harus di baca dan dipelajari untuk dipetik inti sari hidup yang baik. Cara berpikir tertutup adalah sebuah keadaan di mana yang dianggap benar adalah diri dan kelompoknya. Yang di luar diri dan kelompoknya adalah salah,dosa dan karena ini layak untuk dimusuhi.
Bagi orang yang bergaya pikir tertutup, melihat semua yang di sekitarnya adalah ancaman. Karena ancaman maka dia menutup diri,menjaga diri supaya tidak dipengaruhi oleh lingkungan,meskipun sejatinya dia selalu berjuang mempengaruhi lingkungan. Cara berpikir yang demikian ini menjadikan sebuah relasi yang kaku,kolot dan beku. Semua diukur dengan salah dan benar. Aku benar kamu salah!
Berbeda dengan cara berpikir terbuka, manusia yang memiliki cara berpikir terbuka akan terlihat lebih lentur dalam hidupnya. Lentur berelasi,lentur berkomunikasi, lentur melihat lingkungan. Cara berpikir demikian menjadikan rasa hidupnya renyah, lingkungan sekitar (apapun keadaannya) dijadikan sebagai guru kehidupan.baik dan tidak baik keadaan dipahami sebagai guru kehidupan.  Karena dijadikan sebagai guru kehidupan, maka seburuk apapun perlakuan dan pengalaman kehidupan selalu diterima oleh yang berpolapikir terbuka dengan sesungging senyum. baca juga..http://ppsetyasemesta.blogspot.co.id/2015/04/bukalah-pintu-kehidupanmu.html
Suatu waktu, saat Sang Guru Agung kembali ke kampung halamanNya, kemudian mengajar terjadilah pergolakan. Permasalahannya sepele, Sang Guru memberi contoh tindakan baik yang dilakukan oleh orang lain. Tindakan baik dan tercatat sejarah itu justru tidak dilakukan oleh kelompok atau sukunya,maka marahlah orang-orang di tempat itu. Mengapa mereka marah?Karena mereka berpikir tertutup, sehingga orang yang berbuat baik juga harus dalam kelompoknya, kalau bisa juga se-Agama dengannya.
Orang Indonesia juga sangat suka berpola pikir demikian. Kalau ada yang berbuat baik,mestinya yang sekelompok dan seagama dengan aku,jika tidak akan di doakan biar menjadi sekelompok dan seagama dengan aku. Cara berpikir demikian adalah racun yang berbahaya, virus ganas yang bisa mengancam keutuhan kehidupan bersama.
Nahhh, jika benar pikiran saya, bahwa cara berpikir tertutup itu membahayakan kehidupan, ayolah...kita membukanya biar lebih segar, pengetahuan dan pengalaman selalu baru..Bagaikan ruangan yang pintu dan jendelanya selalu terbuka,udaranya segar....segar..seperti pagi ini..
Catatan umum persiapan sermon esok pagi,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH