Kamis, 21 Januari 2016

Narasi di Sebuah Makam

Pada Sebuah Kuburan
Dalam seminggu ini ada tiga orang yang harus menyelesaikan tugas dan tanggung jawab hidupnya di dunia, sehingga mesti “Pulang” ke dalam keabadian. Kesedihan pastilah mewarnai keluarga dan handai taulan yang ditinggalkan. Namun tulisan ini tidak hendak mengupas perihal kesedihan yang teralami. Tulisan ini akan menyoroti sesuatu yang lain.
Pada peristiwa kematian pertama, yang meninggal sore hari dan harus lanjut dimakamkan hari itu juga. Hari mendung dan malam segera akan datang. Yang dirumah  duka mencoba mengontak yang bertugas menggali liang lahat di makam. Jawaban yang diberikan adalah..”tunggu sebentar...sabar..tanahnya agak keras dan malah menemui batu keras..”. yang dirumah menunggu dengan sabar. Suasana merambat padagelap dan mendung juga ikut menghiasi keadaan.
Segera setelah itu, gelap menyelimuti. Liang lahat belum juga usai digali. Saat dikonfirmasi, justru nada kesal yang terjawab dari ujung telefon dari yang bertugas menggali liang lahat. Saat akhirnya usai dan jenasah tiba di kuburan, suasana agak kaku, karena para penggali kuburan merasa dikejar-kejar oleh pihak keluarga.
Kisah berikutnya, kematian sewaktu malam hari, sehingga pemakaman akan dilaksanakan esok harinya. Ini membuat waktu para penggali liat lahat lebih longgar. Dan benar saja, sampai sekitar jam 11 seiang, yang semestinya sudah siap untuk dimakamkan,justru jenasah belum juga siap sewaktu para petugas penggali makam berkontak dengan rumah duka,dijawab bahwa masih menungga acara ritual di mulai. Mereka sabar menunggu.
Kesabarab mereka,para penggali liang lahat itu nampaknya hampir samai pada batasnya ketika sejam kemudian berkontak, jenasah belum juga diberangkatkan. Hingga munculah celoteh-celoteh lucu nan kesal. “Mungkin mau dibiarkan masak dulu baru dibawa ke makam ini..(dalam bahasa jawa, mayite meh di imbu disik...)
Akhirnya,satu setengah jam dari waktu yang direncanakan,jenasah tiba di kuburan. Salah seorang penggali makam berbisak kepada saya. “dikejar segera selesai menggalinya marah, giliran menunggu datangnya jenasah, juga ngomel-ngomel, apa sih keinginan manusia itu sih?”
Itulah manusia (termasuk yang membaca tulisan ini), selalu meminta yang menjadi harap dan dambanya terpenuhi, namun bisakah manusia mengendalikan seluruh kehidupan ini?Bukankah itu ada dalam kebijaksanaan Illahi?
Semoga bermakna...

Doni Setyawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH