Antara Aku, Tukang Cukur dan Tuhan
Sudah panjang. Aku harus memotongnya. Aku langsung mengambil motorku dan pergi ke tukang cukur terdekat.
Kuhentikan motorku di depan toko itu. Tokonya sederhana, menggabung
dengan rumah si tukang cukur. Cat warna hijau dengan jendela besar di
depan toko itu yang ditulisi dengan cat warna merah, tulisannya adalah
“POTONG RAMBUT. RAPI. MURAH. DIJAMIN PUAS”.
Aku langsung mengambil kunci motor dan berjalan masuk ke dalam.
Ruangannya sederhana, tembok yang di cat senada dengan luarnya, meja dan
kursi yang berwarna putih tanpa pemakai, alat-alat cukur lengkap dengan
sisir bermacam-macam, ada yang kecil, ada juga yang besar. Ada yang
warna hitam, sampai warna oranye pun ada.
Namun di sini sepi. Tidak ada pelanggan sama sekali, mungkin hanya musik dangdut yang dinyalakan si tukang cukur.
Sesaat aku melihat-lihat, tiba-tiba ada yang menepuk...............................
Selengkapnya di..... http://goo.gl/LqQF3t
Sabtu, 20 Juni 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Fenomena media sosial yang menggelora tanpa bisa dibendung, menjadikanbanyak orang menjadi was-was, kuatir dan bahkan sudah sampai k tah...
-
Setu Pahing 17 Desember 2022 BENINGE EMBUN ESUK II Samuel 7 : 23-29 Jabur 80 : 1-7, 17-19 Yokanan 3 : 31-36 “ Pramila sapunika P...
-
Selasa Legi 20 April 2021 BENINGE EMBUN ESUK Hosea 5 : 15- 6:6 Jabur 150 2 Yokanan 1 : 1-6 Mulane payo padha tetepungan lan mb...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar