Sabtu, 25 Maret 2017

MENYEMBUHKAN KEBUTAAN



Kebutaan secara jasmaniah adalah gagalnya indera mata menangkap obyek yang ada. Bisa jadi ini dikarenakan oleh karena penyakit tertentu atau karena kecelakaan yang menjadikan mata sebagai indera pelihat mengalami persoalan. Akibat dari situasi buta adalah keberadaan sepi dan seolah sendiri untuk si penderita. 

Selain akibat langsung ini, buta juga menyebabkan bangunan relasi sosial penderita dengan lingkungan mengalami persoalan. Oleh karena itu, bisa dibayangkan betapa hal kebutaan merupakan beban hidup yang berat bagi si penderita. Secara medis mungkin ada jalan keluar mengatasi kebutaan, salah satunya dengan donor mata, namun biayanya pastilah sangat mahal, sehingga penderita buta sering pasrah dengan keadaan dirinya.

Saat sebagian manusia melihat buta sebagai sebuah kemestian hiduo, Yesus melihat dan menempatkan situasi buta dengan cara pandang yang berbeda. Saat para murid sibuk mencari-cari siapa yang salah dengan kebutaan, Yesus justru melihat bahwa kebutaan itu adalah panggilan Illahi untuk siapa saja yang melihat segera terlibat. Ini ditunjukkan Yesus saat melihat orang buta. Ia segera  bertindak dengan caraNya yang selalu unik. Dan akibat dari tindakan Yesus, si buta menjadi sembuh dan bisa melihat dunia dengan sempurna.

Tindakan Yesus di Yohanes 9 :1-41 ini hendak memberikan cermin hidup, agar siapa saja yang membacanya, seolah sedang berhadapan dengan cermin. Bahwa di depan cermin itu kita bisa melihat diri kita yang sering menghindar dari panggilan saat melihat ketidak beresan situasi. Yesus menampar para murid, bahwa kebutaan yang sedang mereka saksikan adalah panggilan Tuhan untuk terlibat memberi pertolongan.

Kebutaan bisa dalam arti konotasi. Buta terhadap apa saja, terhadap ajaran gereja, situasi sosial, terhadap kemiskinan, penderitaan dan segala yang berniansa minor dalam dunia ini. Melalui narasi ini, kita yang membaca diajak untuk menghadirkan “Terang Yang Bisa Melihat”. Kebutaan kita terhadap  situasi lingkungan sering kita alami, karena kita sibuk dengan diri sendiri dan bahkan mempersalahkan situasinya.

Maka, belajar dari Yesus Sang Terang Dunia, mari kita ikut melibatkan diri dalam situasi dunia yang (mungkin) sedang dilanda kebutaan. Kita melibatkan diri untuk membuat yang buta itu mampu melihat realita dan kondisi konkrit dunia ini. Keteladanan Yesus inilah yang menjadi pokok permenungan minggu ini, menghadirkan terang untuk siapa saja.
Ke-buta-an itu juga selalu ada di dekat kita, maka mari kita meneladan Yesus, menolong “yang buta” demi bisa melihat indahnya Dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH