Siapapun pasti akan kesal manakala menghadapi situasi
mepet dan kemudian bertambah masalah. Demikian yang terjadi pada diri saya saat
merasa waktu mepet namun kemudian ban motor kempes. Kesal dan marah entah untuk
siapa berkecamuk di dada. Namun kesal dan marah tidaklah mungkin membuat ban
kempes menjadi tidak kempes lagi.
Itulah pengalaman yang pernah saya alami pada suatu
waktu. Panas terik dan kejaran waktu membuat amarah membuncah saat menemui ban
motor yang saya pakai kempes. Namun sesal dan marah tidaklah bisa menjawab
pesoalan,maka saya segera menuntun. Mau arah balik, meskipun turun jauh dan
belum menjamin di bawah ada tukang tambal ban, sementara naik ada tukang tambal
ban, meski belum ada kepastian buka atau tidak. Keputusan cepat harus segera
diambil dan saya memutuskan naik. Perjuangan berat menuntun sepeda kempes saat
jalanan menanjak.
Peluh mengalir deras dan nafas tersengal. Namun motor
harus segera sampai di tukang tambal ban karena bayangan waktu anak usai
sekolah, lalu sendiri tidak ada teman seolah menjadi tambahan energi untuk
segera sampai di tukang tambal ban. Dalam sepanjang perjalanan, ada beberapa
hal yang menginspirasi untuk kehidupan saya. Diantara banyak hal itu satu yang
sangat menarik perhatian saya adalah melintasnya segerombolan burung puyuh
beserta anak-anaknya. (hehe..saya sebenanrnya tidak nanya, itu anak-anaknya
atau keponakannya..)
Burung yang sulit terbang itu mesti melintasi jalanan
demi mendapatkan makanan. Ada banyak ancaman bahaya di dalamnya, baik predator
maupun kendaraan lewat dan melindasnya. Saat saya menuntun motor dan berjarak
sekitar 10-15 meter, dengan jelas saya melihat induk dan anak-anak puyuh itu
berhati-hati melintas. Yang unik, induk
puyuh itu selalu menjaga keamanan anak-anaknya. Saat hendak menyeberang, ia
mendahului dengan melihat situasi, lalu saat dirasa aman, ia ijinkan
anak-anaknya melintas. Dan sebelum masuk ke semak belukar kembali, si induk itu
kembali menjaga anak-anak puyuh itu. Ia membiarkan anak-anaknya masuk ke
belukar dan setalah semuanya masuk, barulah si induk ikut masuk ke semak belukar.
Nurani induk memang selalu berjuang menjaga
keberlangsungan anak-anaknya. Dan dengan
cara sederhana namun unik, anak-anak puyuh itu aman dan mempercayakan semuanya
kepada induknya. Mungkin sebenarnya mereka bercakap namun karena saya tidak
paham bahasa mereka sehingga saya tidak paham, jika ada percakapan diantara
mereka.
Meski dikejar waktu, namun sekilas pengalaman perjumpaan
dengan induk puyuh dan anak-anaknya itu membuat saya tertegun, betapa Sang
Pencipta menciptakan semuanya dengan keunikannya dan kemahaannya. Burung puyuh dan anak-anaknya yang melintas
itu menjadikan kekesalan saya sirna,
berganti kekaguman luar biasa untuk Sang Pencipta.
Dan saya baru sadar bahwa
ban kempes itu sejatinya sedang direncanakan olehNya agar saya bisa menikmati
keajaiban dan keindahan semesta yang merupakan ciptaanYa.
Andai ban motor saya tidak kempes, tidak mungkin saya
sempat menyaksikan keindahan ciptaan dan keunikan seluruh ciptaanNya. Sungguh rencana
Sang Maha Kuasa selalu indah jika kita, manusia ini, bisa membaca dan memahami
semua peristiwa.
Terkadang hal yang kita anggap negative itu justru kunci
untuk kita menikmati anugerah istimewa dari Sang Pencipta. Oiya, saya juga tidak telat lho, menjemput anak pulang sekolah. Semua sudah diatur serta ditataNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar