Rabu, 22 Maret 2017

Karunia Di Balik Bencana



Siapapun pasti akan kesal manakala menghadapi situasi mepet dan kemudian bertambah masalah. Demikian yang terjadi pada diri saya saat merasa waktu mepet namun kemudian ban motor kempes. Kesal dan marah entah untuk siapa berkecamuk di dada. Namun kesal dan marah tidaklah mungkin membuat ban kempes menjadi tidak kempes lagi.
Itulah pengalaman yang pernah saya alami pada suatu waktu. Panas terik dan kejaran waktu membuat amarah membuncah saat menemui ban motor yang saya pakai kempes. Namun sesal dan marah tidaklah bisa menjawab pesoalan,maka saya segera menuntun. Mau arah balik, meskipun turun jauh dan belum menjamin di bawah ada tukang tambal ban, sementara naik ada tukang tambal ban, meski belum ada kepastian buka atau tidak. Keputusan cepat harus segera diambil dan saya memutuskan naik. Perjuangan berat menuntun sepeda kempes saat jalanan menanjak.

Peluh mengalir deras dan nafas tersengal. Namun motor harus segera sampai di tukang tambal ban karena bayangan waktu anak usai sekolah, lalu sendiri tidak ada teman seolah menjadi tambahan energi untuk segera sampai di tukang tambal ban. Dalam sepanjang perjalanan, ada beberapa hal yang menginspirasi untuk kehidupan saya. Diantara banyak hal itu satu yang sangat menarik perhatian saya adalah melintasnya segerombolan burung puyuh beserta anak-anaknya. (hehe..saya sebenanrnya tidak nanya, itu anak-anaknya atau keponakannya..)
Burung yang sulit terbang itu mesti melintasi jalanan demi mendapatkan makanan. Ada banyak ancaman bahaya di dalamnya, baik predator maupun kendaraan lewat dan melindasnya. Saat saya menuntun motor dan berjarak sekitar 10-15 meter, dengan jelas saya melihat induk dan anak-anak puyuh itu berhati-hati melintas.  Yang unik, induk puyuh itu selalu menjaga keamanan anak-anaknya. Saat hendak menyeberang, ia mendahului dengan melihat situasi, lalu saat dirasa aman, ia ijinkan anak-anaknya melintas. Dan sebelum masuk ke semak belukar kembali, si induk itu kembali menjaga anak-anak puyuh itu. Ia membiarkan anak-anaknya masuk ke belukar dan setalah semuanya masuk, barulah si induk ikut masuk ke semak belukar.

Nurani induk memang selalu berjuang menjaga keberlangsungan anak-anaknya.  Dan dengan cara sederhana namun unik, anak-anak puyuh itu aman dan mempercayakan semuanya kepada induknya. Mungkin sebenarnya mereka bercakap namun karena saya tidak paham bahasa mereka sehingga saya tidak paham, jika ada percakapan diantara mereka.

Meski dikejar waktu, namun sekilas pengalaman perjumpaan dengan induk puyuh dan anak-anaknya itu membuat saya tertegun, betapa Sang Pencipta menciptakan semuanya dengan keunikannya dan kemahaannya.  Burung puyuh dan anak-anaknya yang melintas itu  menjadikan kekesalan saya sirna, berganti kekaguman luar biasa untuk Sang Pencipta. 

Dan saya baru sadar bahwa ban kempes itu sejatinya sedang direncanakan olehNya agar saya bisa menikmati keajaiban dan keindahan semesta yang merupakan ciptaanYa.
Andai ban motor saya tidak kempes, tidak mungkin saya sempat menyaksikan keindahan ciptaan dan keunikan seluruh ciptaanNya. Sungguh rencana Sang Maha Kuasa selalu indah jika kita, manusia ini, bisa membaca dan memahami semua peristiwa.

Terkadang hal yang kita anggap negative itu justru kunci untuk kita menikmati anugerah istimewa dari Sang Pencipta. Oiya, saya juga tidak telat lho, menjemput anak pulang sekolah. Semua sudah diatur serta ditataNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH