Sering kali kita menerima pesan dari orang-orang terdekat
kita, agar selalu bertindak hati-hati. Mau berpisah diminta hati-hati, mau
bepergian diminta berhati-hati, mau merantau juga diminta berhati-hati.
Tujuan
dari saran atau himbauan itu jelas, agar
yang diberi pesan tetap waspada atau hati-hati. Kalau untuk soal hendak
melakukan tindakan atau perkerjan berbahaya, diminta hati-hati itu sesuatu yang
normal, namun pernahkan saudara yang membaca tulisan ini diminta untuk
berhati-hati ketika hendak menjalankan tindakan ritual ibadah? Semisal hendak
pergi ke gereja, lalu diminta oleh orang terdekat untuk berhati-hati selama
beribadah?
Nampaknya hal ini amat sangat jarang terjadi karena banyak yang berpikir bahwa situasi ibadah
pastilah sebuah situasi yang steril, bebas dari ancaman jahat.
Namun benarkah yang demikian itu selalu terjadi?Mari kita
simak narasi dalam Markus 1:21-28. Di situ, sebuah tempat ibadah Yahudi, sedang
saatnya beribadah dan tentunya banyak orang. Yesus juga sedang di situ, di kota
Kapernaum, karena hari Sabat maka Yesus juga beribadah. Tentu kita sebagai
pembaca berpikir bahwa di dalam ruang ibadah itu steril, karena tempat suci dan
bahkan ada Yesus. Namun apakah demikian?Ternyata tidak. Justru di situ malah
hadir kuasa jahat, yang mencoba mengusik Yesus dengan segala kuasaNYa.
Lalu pertanyaannya adalah, apakah dengan demikian kuasa
Yesus tidak Nampak sehingga si jahat hadir? Banyak pertanyaa bisa dimunculkan
dari dalam narasi Markus 1:21-28, namun dalam renungan ini, saya hanya hendak
mengajak semua yang membaca tulisan ini sadar, bahwa kuasa jahat bisa hadir di
mana saja dan bahkan di dalam ruang dan situasi ibadah. Ini menjadi menarik
untuk kita renungkan bersama bahwa situasi yang terlihat relegius dan rohani,
bisa jadi di dalamnya ada kuasa jahat. Wujud kuasa jahat ini bisa dalam rupa
kesombongan, keangkuhan, kebencian, dendam,sakit hati, egoism, kemunafikan dan
kecurigaan. Semua itu baisa hadir dan bahkan menguasahi setiap orang yang
sedang beribadah dan di ruang ibadah.
INFO
INFO
Oleh karena itu, sikap hati-hati tetaplah perlu
diperkuat. Bisa jadi dalam persekutuan kta, kelompok PA kita, blok atau wilayah
kita sedang diincar oleh kuasa jahat itu. Dan jika memang itu yang sednag
terjadi, maka teladan akan sikap dan tindakan Yesus mutlak harus kita teladani.
“Diam, dan keluarlah dari padanya!”. Hardikan Yesus sangat berkuasa dan berwibawa yang menjadikan si jahat ketakutan,
lalu pergi.
Nah, jika saat ini, saat membaca tulisan ini, masih ada kedengkian,
kemarahan, dendam, sakit hati, kesombongan, ketidakedulian dan semua yang jahat
dalam diri kita, ayo kita hardik. “Hai, segala yang jahat dalam diriku,
keluarlah dari diriku!!!”. Dan iklaskah si jahat pergi, meski kadang
“merawatnya” sepertinya menyenangkan egoism kita.
Mak, mari kita senantiasa waspada dan berhati-hati..
Salam Hati-hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar