Jumat, 12 Januari 2018

HIDUP BAGI ALLAH




Narasi Alkitab untuk minggu 14 Januari 2018 ini mengajak semua pembaca (termasuk saudara yang membaca tulisan ini) untuk memahami maksut Tuhan memanggil. Dan yang lebih menarik untuk direfleksikan adalah cara atau metode Allah memanggil siapa saja yang dikehendakinya dengan cara yang unik dan selalu berbeda.   

Keunikan dan aneka model Tuhan memanggil ini semestinya menyadarkan kita semua betapa di hadapan Tuhan, semua ciptaan akan difungsikan untuk terlibat dalam melaksanakan misi Illahi demi terselenggaranya kehendakNya. Dan yang perlu di sadari secara mendalam adalah bahwa metode atau cara Tuhan memanggil demi teselenggaranya kehendakNya adalah dengan cara yang unik dan berbeda.

Cara Tuhan memanggil Samuel unik. Keunikannya adalah terkait usia,posisi dan di mana Samuel berada. Sebenarnya agak aneh kalau membaca narasi Alkitab tentang panggilan Samuel, yaitu usianya yang masih teramat sangat muda. Soal tempat dipanggilnya Samuel juga unik, karena justru Tuhan tidak berbicara melalui Imam Eli, yang lebih tua dan menduduki jabatan penting dalam konstelasi iman Yahudi kala itu. Kemudian kwantitas atau jumlah panggilan terhadap Samuel, juga menarik untuk dijadikan cermin kehidupan bersama, yaitu mesti harus menunggu hingga panggilan ke empat.

Refleksi kita akan semakin lengkap manakala kita membaca narasi Yohanes 1 ayat 43-51, tentang cara dan gaya Yesus memanggil para muridnNya. Cara Yesus memanggil (sebenarnya saya lebih suka dengan istilah mengajak) Filipus, Nathanael, Yohanes, Yakobus dan Petrus tidak selalu sama dan di dalamnya selalu ada keuinikan. Ada yang langsung, bersoal jawab dan bahkan Yesuspun menggunakan metode “MLM” seperti dalam kasus Filipus mengajak Nathanael. Dan dari semua metode panggilan itu, semua ditanggapi dengan sama, yaitu bersedia. Namun mereka tidak satu model panggilan lho ya…jadi gaboleh memaksa semua harus satu model..hehe..

Lalu pertanyaannya kemudian adalah, mengapa mereka semua mau menanggapi panggilan atau ajkan Tuhan? Pemazmur dan Paulus menolong kita menyadari bahwa hidup ini adalah dari Allah, oleh karena itu sudah sepantasnya bahwa hidup inipun harus untuk Allah. Dengan paham demikian, maka panggilan atau ajakan dipahami oleh Samuel dan para murid Yesus sebagai karunia, dan bukan beban yang harus dihindari. Karena memahami panggilan (entah dengan bahasa apa) sebagai karunia, maka mereka menanggapi itu dengan sukacita atau gembira. Ini yang menarik, menanggapi panggilan dengan sukacita dan gembira. 

Lalu adakah para murid Yesus yang menanggapi panggilannya dengan tidak bersukacita?Kalau tentang Yudas Iskariot? Narasi empat Injil tidak ada yang melaporkan model panggilan terhadap Yudas Iskariot, yang kita ketahui semua dikemudian hari mengingkari panggilan atau ajakan Yesus.

Dari sedikit narasi di atas, mari kita mencoba menarik poin-poin untuk direfleksikan. Ada poin kebimbangan seperti  Samuel dan dengan bimbangnya Samuel mencari tahu ke imam Eli. Kadang kitapun masih gagap dan bimbang dengan panggilan kita, maka perlulah kita belajar dari Samuel. Ada poin panggilan berantai, seperti Filipus ke Nathanael, dari sana kita bisa belajar kerendahatiannya Nathanael yang tidak complain ke Yesus mengapa cara memanggilnya beda atau tidak sama, harusnya Yesus satu cara dong di dalam mengajak atau memanggil para murid..hehe.

Semua bisa terjadi karena mereka, baik Samuel dan para murid menyadari akan hidupnya dan tujuan hidupnya, yaitu untuk Tuhan Allah. Itulah syarat mutlak untuk mau diajak terlibat dalam karya Tuhan Allah.

Selamat Menikmati Panggilan Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH