Narasi Alkitab untuk minggu 14 Januari 2018 ini mengajak
semua pembaca (termasuk saudara yang membaca tulisan ini) untuk memahami maksut
Tuhan memanggil. Dan yang lebih menarik untuk direfleksikan adalah cara atau
metode Allah memanggil siapa saja yang dikehendakinya dengan cara yang unik dan
selalu berbeda.
Keunikan dan aneka model
Tuhan memanggil ini semestinya menyadarkan kita semua betapa di hadapan Tuhan,
semua ciptaan akan difungsikan untuk terlibat dalam melaksanakan misi Illahi demi
terselenggaranya kehendakNya. Dan yang perlu di sadari secara mendalam adalah
bahwa metode atau cara Tuhan memanggil demi teselenggaranya kehendakNya adalah
dengan cara yang unik dan berbeda.
Cara Tuhan memanggil Samuel unik. Keunikannya adalah
terkait usia,posisi dan di mana Samuel berada. Sebenarnya agak aneh kalau
membaca narasi Alkitab tentang panggilan Samuel, yaitu usianya yang masih
teramat sangat muda. Soal tempat dipanggilnya Samuel juga unik, karena justru
Tuhan tidak berbicara melalui Imam Eli, yang lebih tua dan menduduki jabatan
penting dalam konstelasi iman Yahudi kala itu. Kemudian kwantitas atau jumlah
panggilan terhadap Samuel, juga menarik untuk dijadikan cermin kehidupan
bersama, yaitu mesti harus menunggu hingga panggilan ke empat.
Refleksi kita akan semakin lengkap manakala kita membaca
narasi Yohanes 1 ayat 43-51, tentang cara dan gaya Yesus memanggil para
muridnNya. Cara Yesus memanggil (sebenarnya saya lebih suka dengan istilah
mengajak) Filipus, Nathanael, Yohanes, Yakobus dan Petrus tidak selalu sama dan
di dalamnya selalu ada keuinikan. Ada yang langsung, bersoal jawab dan bahkan
Yesuspun menggunakan metode “MLM” seperti dalam kasus Filipus mengajak
Nathanael. Dan dari semua metode panggilan itu, semua ditanggapi dengan sama,
yaitu bersedia. Namun mereka tidak satu model
panggilan lho ya…jadi gaboleh memaksa semua harus satu model..hehe..
Lalu pertanyaannya kemudian adalah, mengapa mereka semua
mau menanggapi panggilan atau ajkan Tuhan? Pemazmur dan Paulus menolong kita
menyadari bahwa hidup ini adalah dari Allah, oleh karena itu sudah sepantasnya
bahwa hidup inipun harus untuk Allah. Dengan paham demikian, maka panggilan
atau ajakan dipahami oleh Samuel dan para murid Yesus sebagai karunia, dan
bukan beban yang harus dihindari. Karena memahami panggilan (entah dengan
bahasa apa) sebagai karunia, maka mereka menanggapi itu dengan sukacita atau
gembira. Ini yang menarik, menanggapi panggilan dengan sukacita dan gembira.
Lalu adakah para murid Yesus yang menanggapi panggilannya dengan tidak
bersukacita?Kalau tentang Yudas Iskariot? Narasi empat Injil tidak ada yang
melaporkan model panggilan terhadap Yudas Iskariot, yang kita ketahui semua
dikemudian hari mengingkari panggilan atau ajakan Yesus.
Dari sedikit narasi di atas, mari kita mencoba menarik
poin-poin untuk direfleksikan. Ada poin kebimbangan seperti Samuel dan dengan bimbangnya Samuel mencari
tahu ke imam Eli. Kadang kitapun masih gagap dan bimbang dengan panggilan kita,
maka perlulah kita belajar dari Samuel. Ada poin panggilan berantai, seperti
Filipus ke Nathanael, dari sana kita bisa belajar kerendahatiannya Nathanael
yang tidak complain ke Yesus mengapa cara memanggilnya beda atau tidak sama,
harusnya Yesus satu cara dong di dalam mengajak atau memanggil para
murid..hehe.
Semua bisa terjadi karena mereka, baik Samuel dan para
murid menyadari akan hidupnya dan tujuan hidupnya, yaitu untuk Tuhan Allah.
Itulah syarat mutlak untuk mau diajak terlibat dalam karya Tuhan Allah.
Selamat Menikmati Panggilan Tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar