TELADAN
KEMATANGAN BATIN
Di sebuah jalan kampung yang sempit, hanya cukup
dilewati satu mobil dan jikapun berpapasan maka salah satu harus minggir dan
membiarkan yang satunya untuk lewat terlebih dahulu. Malam itu gerimis,udara
dingin dan di jalan kampung itu meluncurlah sebuah mobil yang diisi satu keluarga.
Sesampainya di perbatasan dusun nampak ada truk yang menurunkan pasir dan itu
menghalangi perjalanan mobil yang diisi satu keluarga itu.
“Ahh, alamat terhambat nih!”, Anak pertama keluarga
dalam mobil itu mulai menggerutu. Dan benar, belum separo isa truk itu
diturunkan dan mungkin jika harus menunggu sampai usai bisa jadi sekitar 40an
menit.
“Seharusnya tadi kita lewat jalan bawah saja, bapak sih milih jalan ini terus”,
Anak kedua keluarga itu ikut menggerutu. Namun kedua orangtua anak itu tetap
tenang dan bahkan saat si empunya pasir itu mendekat dan menyapa dengan
terlebih dahulu meminta maaf, si bapak itu dengan ramah menjawab.
“Tidak mengapa bapak, silakan dengan santai dan
tidak tergesa diturunkan dahulu pasir dalam truk itu”, Demikian bapak itu
mennjawab pembeli pasir yang terlihat sungkan telah menghalangi perjalanan
kemuarga dalam mobil pribadi itu.
Dari dalam mobil pribadi itu terlihat dua orang
kuli penurun pasir bekerja dengan semangat. Badan yang tak terbalut baju nampak
berkilauan karena keringat menyiram mereka berdua,sesekali nampak mereka
menyeka butiran keringat yang menetes melalui wajah mereka.
“Lihatlah perjuangan mereka, malam yang gerimis
ini mereka bekerja demi hidup, dan bukan hanya untuk diri sendiri saja namun
pastilah mereka bekerja untuk keluarga juga. Oleh karena itu cobalah kalian
menghargai apapun pekerjaan orang. Menghargai itu salah satunya adalah
membiarkan mereka menyelesaikan pekerjaannya dengan tanpa kita membuatnya
tergesa. Biarkan mereka menikmati pekerjaanya”, Bapak dalam mobil itu
memberikan wejangan.
Kedua anak itu diam dan tidak tahu apa yang sedang
dipikirkannya. Setelah sekitar 25 menit usailah penurunan pasir dalam truk itu.
Merekapun melanjutkan perjalanan pulang dengan cermin kehidupan sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar