SEPULANG
DARI KENDURI
Malam yang dingin. Di sebuah kampung yang
sepi,dengan lampu-lampu listrik pinggiran jalan yang menyala redup. Dari sebuah
rumah limasan sederhana,keluarlah hampir seluruh warga dusun itu sekitar jam 9
malam. Mereka semua keluar dengan membawa bungkusan plastik hitam. Semua yang
keluar tidak terkecuali menjinjing bungkusan plastik hitam itu dan keluar
mereka disertai dengan senyum ceria. Penasaran dengan pemandangan yang dialami,
seorang perempuan muda,yang kebetulan sedang live in di daerah itu mengikuti
langkah beberapa orang dari mereka. Karena semakin penasaran maka munculan
keberaniannya untuk mencari tahu tentang apa yang telah terjadi sehingga semua
orang itu membawa bungkusan plastik itu.
“Selamat malam pak, maaf, bolehkah saya bertanya
sesuatu?”, Dengan santun gadis itu membuka pertanyaan. Beberapa bapak-bapak
yang mendengar pertanyaan itu kemudian menoleh dan masih sambil berjalan, meski
agak sedikit melambatkan langkahnya,salah satu dari bapak- itu, yang agak
gemuk,berkumis dan berjenggot panjang menjawab.
“Oh, tidak mengapa nak,silakan bertanya, semampu
kami akan kami jawab”, Dengan sangat santun dan ramah bapak itu menanggapi
pertanyaan gadis itu. Sama sekali tidak terlihat ke-sangar-an jawab meski
wajahnya nampak begitu sangar dan menyeramkan.
“Bapak-bapak ini dari mana,kok semua membawa
bungkusan palstik hitam dan semua nampak ceria?”.Dengan polos juga gadis kecil
itu menganyakan kegelisahan hatinya. “Hehe, kami baru saja pulang dari kenduri
nak, itu tetangga sebelah, Pak Karto namanya, sedang bersyukur karena anaknya
lulus ujian dan tinggal menunggu wisuda sarjana. Kami semua warga dusun ini
diundang dan sepulang dari kenduri selalu diberi berkat untuk kami bagikan di
rumah kami masing-masing agar semua bisa ikut merasakan berkat dari sesama
warga kampung ini”, Dengan jelas dan sederhana bapak berjenggot dan berwajah
sangar itu menerangkan semua pertanyaan gais kecil itu.
“O begitu ya pak, terima kasih pak atas jawaban
dari ketidaktahuan saya”, Sapa gadis kecil itu yang dijawab pula dengan senyum
ramah bapak bertampang sangat itu.
Hidup di dunia ini tidak sendiri namun bersama
dengan yang lain. Saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain
adalah sebuah kemestian. Kebersamaan yang indah itu juga akan melahirkan
kedamaian yang indah pula. Semua warga kampung itu mendapatkan berkat yang sama
karena mau datang, mau hadir di rumah Pak Karyo yang sedang bersuka cita.tanpa
kehadiran langsung memang bisa mendapat titipan berkat melalui tetangga
terdekat. Namun alangkah malunya mereka jika tidak terlibat dan hadir namun
menerima berkat itu. Sang Guru Sejati itu sejatinya juga sedang mengadakan
Pesta dan mengundang kita semua untuk datang dan kemudian ikut pesta sukacita. Itu
belum cukup, seusai pesta itupun kita yang menerima dan menanggapi undanganNya
pasti akan diberi berkat yang lain.
Selamat hari minggu dan selamat menghayati
panggilanNya untuk kita hadir dalam “Kenduren IllahiNya”
Salam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar