Minggu, 23 Agustus 2015

ANTARA HIBURAN DAN JALAN HIDUP



ANTARA SAMBAL YANG PEDAS DAN MENGIKUT TUHAN
Alkisah, serombongan wisatawan sedang ada dalam perjalanan wisata. Mereka nampak riang gembira menikmati perjalanan wisata itu. Dalam sebuah kesempatan, mereka akan menikmati makan malam dan untuk itu mereka bersepakat untuk mencari restoran yang unik demi pengalaman yang unik pula. Akhirnya mereka membuat kesepakatan untuk makan bersama  di restoran SS yang merupakan Akronim dari Sambal Super. Pada waktu yang sudah disepakati, mereka akhirnya menuju ke Restoran SS, Sambal Super, di kota yang sedang mereka kunjungi. Memang benar jika restoran itu bernama Sambal Super karena memang semua ornamen restoran itu berupa gambar cabai dan ulekan cabai. Nuansa sambal sungguh mendominasi ruangan rumah makan itu.
Sambil menuliskan pesanan masing-masing pengunjung, beberapa waiters,memberi penjelasan bahwa semua menu makanan di dalam restoran itu Pedas karena minimal akan memakai sambal dengan cabai di atas 20 buah setiap menunya, dan cabai itu adalah cabai setan, cabai yang tingkat pedasnya di atas rata-rata. Semua pengunjung nampak bisa menerima dan ingin segera merasakan sensasi Sambal Super di restotan/rumah makan itu.
 Setelah semua pesanan siap,mereka semua, para wisatawan itu memakan dengan lahapnya. Rasa pedas yang sedari tadi hanya dibayangkan bisa mereka rasakan langsung. Peluh mengalir dan warna merah menghiasi wajah-wajah para wisatawan itu, juga terdengar di sana-sini desisan-desisan lembut pertanda bahwa rasa panas dan pedas itu sungguh mereka rasakan. Setelah beberapa waktu, semua wisatawan yang memesan dan memakan menu Sambal Super itu mengakiri pesta makan pedas mereka.  Mereka kemudian keluar Restoran dengan merah menyala di wajah-wajah mereka dan desisan-desisan akibat rasa pedas masih terdengar dari mereka. Usai makan malam itu mereka melanjutkan perjalanan menuju hotel untuk beristirahat. Sesampainya di Hotel, sejatinya mereka hendak beristirahat untuk esok harinya melanjutkan perjalanan wisata mereka, namun apa daya, serbuan pedasnya Sambal Super itu membuat mereka semua kesulitan untuk tidr. Beberapa diantara mereka malah beberapa kali ke toilet karena perut terasa mulas dan mual, meski tidak sampai muntah. Sepajang malam,mereka semua sulit untuk tidur,ada beberapa yang menyesali makanan di restoran Sambal Super itu namun ada pula yang memanfaatkan kesulitan mereka tidur itu untuk bercakap,berdiskusi,bersharing dan juga ada yang menarasikan pengalaman mereka itu. Semua menanggapi akibat makan sambal super itu dengan berbeda-beda.
Dalam sebuah pengajaranNya, Sang Guru Agung pernah memberikan ilustrasi atau perumpamaan yang “mirip” dengan kisah di atas. Dia, Sang Guru Agung itu mengandaikan diriNya sebagai Roti untuk tubuhNya dan Anggur untuk darahNya. Roti dan anggur adalah makanan  dan minuman pokok  masyarakat dimana Sang Guru Agung itu hidup. Dengan memakan serta meminum  Tubuh dan darahNya, maka siapa saja pasti akan mengalami sebuah akibat. Akibat itu paling tidak merasakan rasa kenyang dan puas. Kenyang dari rasa lapar dan puas dari rasa haus. Setelah kenyang dan puas, maka siapa saja yang memakan makanan itu pasti akan memiliki sumber energi baru untuk berkarya. Adalah aneh jika sudah memakan makanan dan meminum minuman yang disediakan, maka tidak merasakan kenyang dan haus. Itu adalah sebuah penipuan,tindakan manipulatif .
Apa yang diajarkan oleh Sang Guru Agung itu jelas, siapa saja yang mengikutiNya,haruslah siap mengalami pemgalamanNya. Dan pengalaman itu tidak hanya yang menyenangkan saja (Ingat dalam kisah rombongan wisatawan yang sedang menyantap menu makanan di restoran sambal Super tadi?Selain puas dan kenyang mereka juga mengalami rasa mual/mulas dan sulit untuk tertidur),namun juga siap menerima akibat yang tidak menyenangkan. Cara Sang Guru Agung mengajar cukup tegas dan berwibawa, hal ini yang mengakibatkan  banyak dari mereka yang mengikutiNya dan mendengarkan kotbanNya perlahan-lahan mengundurkan diri. Mereka semua nmapaknya hanya ingin merasakan senang dan enaknya saja dan enggan merasakan sakitnya.
Pengalaman Sang Guru Agung sewaktu melihat betapa banyaknya para pendengar dan pengikutNya mengundurkan diri dariNya masih nampak dengan jelas (Bahkan sangat Jelas) dalam kehidupan sekarang ini. Semua manusia, apapun agama yang dianutnya hanya ingin menikmati sesuatu yang menyenangkan,memuaskan dan membuatnya kenyang tanpa mau menerima resiko lain. Seperti saat memakan sambal super,mereka hanya ingin kenyang dan puas namun tidak sipa dengan mulas dan mualnya perut mereka dan saat mereka mengalami rasa mulas dan mual itu, mereka mengutuki peristiwa yang terjadi dan bahkan makanan yang mereka makan.
Beragama bukan menjadi sebuah “Jalan Hidup” namun hanya sebagai pilihan hiburan hidup, maka saat “Hiburan “ tidak menyenangkan dirinya, maka undurlah manusia dari apa yang dipilihnya sendiri. Jika beragama merupakan jalan hidup, maka apapun resiko dari jalan hidup itu akan diterima dan dijalani dengan sungguh dan serius, namun manakala agama itu hanya dijadikan hiduran, maka jika menemui sesuatu yang kurang memnuhi selera, maka kaburlah manusia itu. Ajaran Sang Guru Agung itu sungguh sangat jelas, jika manusia mengikuti jalan hidupNya –yang diandaikan dengan istilah makan daging dan minum darah- maka mereka harus bersiap menerima semua yang Guru Agung itu alami. Jika sang Guru Agung itu mengalami kemuliaan maka sang Pengikut akan mengalami kemuliaan demikian juga jika Sang Guru Agung itu mengalami penderitaan, maka semestinya sang pengikutpun harus mengalami penderitaan pula.
Diakhir permenungan ini,saya akan menarasikan sebuah pengalaman anggota TNI yang sedang berlatih. Dalam satu bagian mereka harus melewati sebuah jalan merunduk yang di dalamnya ada kotoran kerbau. Semua peserta wajib mengikuti namun tanpa pengawasan. Jiwa tentara adalah taat total,maka saat usai latihan di episode jalan sulit dengan kotoran kerbau itu, semua diperiksa oleh komandan. Dan memang, semua peserta masih memiliki “aroma tai kebo” dan juga sisia-sisa kotoran itu di dalam pakaian mereka, artinya mereka semua mengikuti jalan yang ditentukan atasan.
Bagaimana dengan kita,adakah kita semua mau mengikuti jalan hidup Sang Guru Agung itu?Ataukah kita hanya mau menempatkannya sebagai hiburan?Silakan dipilih sendiri. Resiko ditanggung Pembaca. salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH