Sabtu, 10 Maret 2018

KERENDAHHATIAN, WUJUD NYATA REFLEKSI KECERDASAN


Tong Kosong berbunyi Nyaring, Air Beriak Tanda Tak Dalam adalah beberapa istilah yang nampaknya tidak di telinga kita. Dan arti dari kedua istilah itu adalah, bahwa suara nyaring sering sebagai tanda tiada isi di dalamnya.

Bisa jadi istilah itu terlahir dari sebuah konteks social, di mana kesombongan merajalela dan demi menjaga relasi, maka cara menyindirnya adalah dengan sebuah pepatah atau istilah tertentu. Tujuannya jelas, untuk mengingatkan dengan cara selembut mungkin. Istilah itu dimunculkan oleh manusia demi memberi pembelajaran, agar manusia tidak sombong, tidak congkak dan juga tidak tinggi hati.

Kesombongan adalah bagian dari sifat manusia yang ada setelah manusia jatuh dalam kuasa dosa. Dia, kesombongan dan sahabat-sahabatnya  itu, ada bersama dengan manusia, selama manusia hidup.

Dengan sombong atau congkak itu, manusia menutup diri dari apapun di luar dirinya, karena merasa dirinyalah yang paling sempurna. Kesombongan, kecongkakan dan tinggi hati, selalu melahirkan persoalan dan relasi sosial dalam kehidupan kebersamaan. Sumber lahirnya sombong, congkak dan tinggi hati bisa dari banyak faktor, beberapa diantaranya kekayaan serta kepandaian. Di sinilah ironisnya manusia, kekayaan dan kekayaan adalah murni pemberian Tuhan, seharusnya dipakai untuk semua tindakan kebaikan, namun, seperti yang saya tulis di atas, justru kepandaian dan kekayaan sering menjadi alat untuk kesombongan dan juga kecongkakan.

Mungkin banyak yang berpikir, bahwa dengan menampilkan beberapa sisi lain dari semua tentang pandai, semisal istilah dan juga kata-kata, orang akan memujanya sebagai orang yang pandai, wong pinter dan seterusnya.

Sering orang yang sekolah tinggi menggunakan istilah-istilah akedemik, demi menunjukkan bahwa dirinya akademis, meski sebenarnya itu semua adalah kesalahan mendasar dalam komunikasi. Maka, bisa disimpulkan bahwa kesombongan dan juga kecongkakakan serta tinggi hati adalah racun kehidupan untuk manusia dalam kebersamaan hidupnya dengan yang lain..

Lawan dari kesombongan, kecongkakan serta tinggi hati adalah kerendahatian. Orang yang rendah hati bukan orang bodoh, namun justru kerendahhatiannya malah menjadi cermin bahwa dirinya adalah orang pandai.

Dan renungan minggu ini, melalui Nikodemus, kita semua diajak untuk sadar, bahwa dalam hidup ini, tidak ada satupun alasan untuk sombong. Nikodemus yang guru besar saat jamannya, rela datang kepada Yesus demi mendapatkan pengertian yang benar tentang hidup dan kebenarannya. Kedatangan Nikodemus ke Yesus, adalah bukti nyata, betapa kerendahatian dari Nikodemus mengalahkan segala ilmu serta nama besarnya. Dan apa yang dilakukan Nikodemus, mendapat apresiasi dari Tuhan Yesus.

Sekarang, untuk kita yang membaca renungan ini, beranikah kita melemparkan kesombongan kita ke Tubir laut agar tidak kembali ke kita lagi? Beranikah kita semua meneladani Nikodemus, yang meski kaya dan sangat pandai, namun mau datang dan merendah di hadapan Tuhan Yesus? Terjal memang jalan menuju kerendahatian itu namun jika ingin menjadi berkenan dihadapanNya, kita mesti menempuhnya..

Selamat menuruni jalan kesombongan diri dan menuju hidup yang penuh  kerendahhatian,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH