ANTARA
SAMBAL YANG PEDAS DAN MENGIKUT TUHAN
Alkisah, serombongan wisatawan sedang ada dalam
perjalanan wisata. Mereka nampak riang gembira menikmati perjalanan wisata itu. Dalam
sebuah kesempatan, mereka akan menikmati makan malam dan untuk itu mereka
bersepakat untuk mencari restoran yang unik demi pengalaman yang unik pula. Akhirnya
mereka membuat kesepakatan untuk makan bersama
di restoran SS yang merupakan Akronim dari Sambal Super. Pada waktu yang
sudah disepakati, mereka akhirnya menuju ke Restoran SS, Sambal Super, di kota
yang sedang mereka kunjungi. Memang benar jika restoran itu bernama Sambal
Super karena memang semua ornamen restoran itu berupa gambar cabai dan ulekan
cabai. Nuansa sambal sungguh mendominasi ruangan rumah makan itu.
Sambil menuliskan pesanan masing-masing
pengunjung, beberapa waiters,memberi
penjelasan bahwa semua menu makanan di dalam restoran itu Pedas karena minimal
akan memakai sambal dengan cabai di atas 20 buah setiap menunya, dan cabai itu
adalah cabai setan, cabai yang tingkat pedasnya di atas rata-rata. Semua pengunjung
nampak bisa menerima dan ingin segera merasakan sensasi Sambal Super di
restotan/rumah makan itu.
Setelah semua
pesanan siap,mereka semua, para wisatawan itu memakan dengan lahapnya. Rasa pedas
yang sedari tadi hanya dibayangkan bisa mereka rasakan langsung. Peluh mengalir
dan warna merah menghiasi wajah-wajah para wisatawan itu, juga terdengar di
sana-sini desisan-desisan lembut pertanda bahwa rasa panas dan pedas itu
sungguh mereka rasakan. Setelah beberapa waktu, semua wisatawan yang memesan
dan memakan menu Sambal Super itu mengakiri pesta makan pedas mereka. Mereka kemudian keluar Restoran dengan merah
menyala di wajah-wajah mereka dan desisan-desisan akibat rasa pedas masih
terdengar dari mereka. Usai makan malam itu mereka melanjutkan perjalanan
menuju hotel untuk beristirahat. Sesampainya di Hotel, sejatinya mereka hendak
beristirahat untuk esok harinya melanjutkan perjalanan wisata mereka, namun apa
daya, serbuan pedasnya Sambal Super itu membuat mereka semua kesulitan untuk
tidr. Beberapa diantara mereka malah beberapa kali ke toilet karena perut
terasa mulas dan mual, meski tidak sampai muntah. Sepajang malam,mereka semua
sulit untuk tidur,ada beberapa yang menyesali makanan di restoran Sambal Super
itu namun ada pula yang memanfaatkan kesulitan mereka tidur itu untuk bercakap,berdiskusi,bersharing
dan juga ada yang menarasikan pengalaman mereka itu. Semua menanggapi akibat
makan sambal super itu dengan berbeda-beda.
Dalam sebuah pengajaranNya, Sang Guru Agung pernah
memberikan ilustrasi atau perumpamaan yang “mirip” dengan kisah di atas. Dia,
Sang Guru Agung itu mengandaikan diriNya sebagai Roti untuk tubuhNya dan Anggur
untuk darahNya. Roti dan anggur adalah makanan
dan minuman pokok masyarakat
dimana Sang Guru Agung itu hidup. Dengan memakan serta meminum Tubuh dan darahNya, maka siapa saja pasti
akan mengalami sebuah akibat. Akibat itu paling tidak merasakan rasa kenyang
dan puas. Kenyang dari rasa lapar dan puas dari rasa haus. Setelah kenyang dan
puas, maka siapa saja yang memakan makanan itu pasti akan memiliki sumber
energi baru untuk berkarya. Adalah aneh jika sudah memakan makanan dan meminum
minuman yang disediakan, maka tidak merasakan kenyang dan haus. Itu adalah
sebuah penipuan,tindakan manipulatif .
Apa yang diajarkan oleh Sang Guru Agung itu jelas,
siapa saja yang mengikutiNya,haruslah siap mengalami pemgalamanNya. Dan pengalaman
itu tidak hanya yang menyenangkan saja (Ingat dalam kisah rombongan wisatawan
yang sedang menyantap menu makanan di restoran sambal Super tadi?Selain puas
dan kenyang mereka juga mengalami rasa mual/mulas dan sulit untuk tertidur),namun
juga siap menerima akibat yang tidak menyenangkan. Cara Sang Guru Agung
mengajar cukup tegas dan berwibawa, hal ini yang mengakibatkan banyak dari mereka yang mengikutiNya dan
mendengarkan kotbanNya perlahan-lahan mengundurkan diri. Mereka semua nmapaknya
hanya ingin merasakan senang dan enaknya saja dan enggan merasakan sakitnya.
Pengalaman Sang Guru Agung sewaktu melihat betapa
banyaknya para pendengar dan pengikutNya mengundurkan diri dariNya masih nampak
dengan jelas (Bahkan sangat Jelas) dalam kehidupan sekarang ini. Semua manusia,
apapun agama yang dianutnya hanya ingin menikmati sesuatu yang
menyenangkan,memuaskan dan membuatnya kenyang tanpa mau menerima resiko lain. Seperti
saat memakan sambal super,mereka hanya ingin kenyang dan puas namun tidak sipa
dengan mulas dan mualnya perut mereka dan saat mereka mengalami rasa mulas dan
mual itu, mereka mengutuki peristiwa yang terjadi dan bahkan makanan yang
mereka makan.
Beragama bukan menjadi sebuah “Jalan Hidup” namun
hanya sebagai pilihan hiburan hidup, maka saat “Hiburan “ tidak menyenangkan
dirinya, maka undurlah manusia dari apa yang dipilihnya sendiri. Jika beragama
merupakan jalan hidup, maka apapun resiko dari jalan hidup itu akan diterima
dan dijalani dengan sungguh dan serius, namun manakala agama itu hanya
dijadikan hiduran, maka jika menemui sesuatu yang kurang memnuhi selera, maka
kaburlah manusia itu. Ajaran Sang Guru Agung itu sungguh sangat jelas, jika
manusia mengikuti jalan hidupNya –yang diandaikan dengan istilah makan daging
dan minum darah- maka mereka harus bersiap menerima semua yang Guru Agung itu
alami. Jika sang Guru Agung itu mengalami kemuliaan maka sang Pengikut akan
mengalami kemuliaan demikian juga jika Sang Guru Agung itu mengalami
penderitaan, maka semestinya sang pengikutpun harus mengalami penderitaan pula.
Diakhir permenungan ini,saya akan menarasikan
sebuah pengalaman anggota TNI yang sedang berlatih. Dalam satu bagian mereka
harus melewati sebuah jalan merunduk yang di dalamnya ada kotoran kerbau. Semua
peserta wajib mengikuti namun tanpa pengawasan. Jiwa tentara adalah taat total,maka
saat usai latihan di episode jalan sulit dengan kotoran kerbau itu, semua
diperiksa oleh komandan. Dan memang, semua peserta masih memiliki “aroma tai
kebo” dan juga sisia-sisa kotoran itu di dalam pakaian mereka, artinya mereka
semua mengikuti jalan yang ditentukan atasan.
Bagaimana dengan kita,adakah kita semua mau
mengikuti jalan hidup Sang Guru Agung itu?Ataukah kita hanya mau menempatkannya
sebagai hiburan?Silakan dipilih sendiri. Resiko ditanggung Pembaca. salam