“Mas, sebentar saya tukarkan uang ke warung sebelah”,
Jawab seorang bapak setengah baya, seorang penjual warung angkringan (atau juga
dikenal dengan HIK di Solo dan kucingan di sekitar Salatiga). Kemudian bergegas
meninggalkan kiosnya, menuju warung sebelah. Saya ditinggalkan sendirian karena
memang sedang belum ada pembeli yang lain.
Bapak pemillik kios itu begitu bertanggungjawab atas uang kembalian yang
mesti dikembalikan, meskipun jumlahnya tidaklah seberapa.
“Ini soal kepercayaan pelanggan dan juga tanggung jawab
saya mas”, Begitu jawaban bapak itu sekembalinya dari warung menukarkan uang. Kemudian
dengan santai dan penuh senyum keramahan –meski dalam temaram lampu 5 watt-
bapak itu memberikan uang kembalian kepada saya. Saya menerima dengan tersenyum
pula.
Dari bapak pemilik kios angkringan,seorang yang
sederhana, aku bisa belajar banyak nilai kehidupan. Belajar apa itu tanggungjawab,apa
itu kepercayaan,apa itu kesetiaan dan apa itu menjaga kepercayaan. Demi mencari
uang kembalian yang nilai nominalnya tidaklah seberapa, dan bahkan saat saya katakana
tidak usah dikembalikan, namaun bapak pemilik kios angkringan itu tetap
berjuang mengembalikan sesuatu yang bukan haknya.
“Apa yang saya dapatkan buka dari keringat saya, sering
secepat kilat melnguap pergi mas. Karena itu bukan hak saya,itu adalah hak
pembeli. Maka saya mesti mengembalikannya. Saya juga tidak akan menggantikannya
dengan dagangan saya semisal uang kembalian itu hanya cukup untuk harga satu
gorengan,karena itu bukan kebutuhan pelanggan saya.. kalau saya berikan bukan
uang kembalian,namun dagangan saya, itu artinya saya memaksa menjual apa yang
tidak dibutuhkan pembeli”, Dengan lugas namun santun dan penuh nuansa
persaudaraan, bapak penjual angkringan itu memberikan konsep hidupnya sebagai
penjual angkringan.
Kesetiaan bapak penjual angkringan ini juga sangat luat
biasa, selain juga kepercayaan kepada pembeli. Membiarkan dagangannya ditinggal
demi mencari uang kembalian, adalah cermin keyakiannya bahwa pembelinya tidak
akan berbuat nakal. Akh..aku jadi teringat, saat sekolah baik SMP maupun SMA,
selalu berbuat nakal saat jajan dikantin dan pertemuanku dengan bapak penjual
angkringan malam itu seolah menamparku dengan sederhana..
Salam angkringan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar