Kamis, 26 Januari 2017

SUATU KETIKA DI KIOS ANGKRINGAN



“Mas, sebentar saya tukarkan uang ke warung sebelah”, Jawab seorang bapak setengah baya, seorang penjual warung angkringan (atau juga dikenal dengan HIK di Solo dan kucingan di sekitar Salatiga). Kemudian bergegas meninggalkan kiosnya, menuju warung sebelah. Saya ditinggalkan sendirian karena memang sedang belum ada pembeli yang lain.  Bapak pemillik kios itu begitu bertanggungjawab atas uang kembalian yang mesti dikembalikan, meskipun jumlahnya tidaklah seberapa. 
 
“Ini soal kepercayaan pelanggan dan juga tanggung jawab saya mas”, Begitu jawaban bapak itu sekembalinya dari warung menukarkan uang. Kemudian dengan santai dan penuh senyum keramahan –meski dalam temaram lampu 5 watt- bapak itu memberikan uang kembalian kepada saya. Saya menerima dengan tersenyum pula. 

Dari bapak pemilik kios angkringan,seorang yang sederhana, aku bisa belajar banyak nilai kehidupan. Belajar apa itu tanggungjawab,apa itu kepercayaan,apa itu kesetiaan dan apa itu menjaga kepercayaan. Demi mencari uang kembalian yang nilai nominalnya tidaklah seberapa, dan bahkan saat saya katakana tidak usah dikembalikan, namaun bapak pemilik kios angkringan itu tetap berjuang mengembalikan sesuatu yang bukan haknya.

“Apa yang saya dapatkan buka dari keringat saya, sering secepat kilat melnguap pergi mas. Karena itu bukan hak saya,itu adalah hak pembeli. Maka saya mesti mengembalikannya. Saya juga tidak akan menggantikannya dengan dagangan saya semisal uang kembalian itu hanya cukup untuk harga satu gorengan,karena itu bukan kebutuhan pelanggan saya.. kalau saya berikan bukan uang kembalian,namun dagangan saya, itu artinya saya memaksa menjual apa yang tidak dibutuhkan pembeli”, Dengan lugas namun santun dan penuh nuansa persaudaraan, bapak penjual angkringan itu memberikan konsep hidupnya sebagai penjual angkringan.

Kesetiaan bapak penjual angkringan ini juga sangat luat biasa, selain juga kepercayaan kepada pembeli. Membiarkan dagangannya ditinggal demi mencari uang kembalian, adalah cermin keyakiannya bahwa pembelinya tidak akan berbuat nakal. Akh..aku jadi teringat, saat sekolah baik SMP maupun SMA, selalu berbuat nakal saat jajan dikantin dan pertemuanku dengan bapak penjual angkringan malam itu seolah menamparku dengan sederhana..

Salam angkringan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH