Senin, 22 Juli 2013

refleksi



BAHAGIA ITU PILIHAN
Catatan tafsir reflektif Kisah Rasul 16:16-34

Banyak orang berpikir dan juga menjadikannya prinsip hidup bahwa yang menjadi sumber kebahagiaan adalah tertumpuknya material yang didambakan. Ada rumah mewah lebih dari satu, ada tabungan dan uang kas sesuai keinginannya, ada mobil,semua alat elektronik paling mutakhir. Ada pula yang memiliki konsep bahwa dirinya akan bahagia jika memiliki istri banyak, memiliki perusahaan banyak, bisa kemanapun yang disuka. Hampir semua manusia memiliki  konsep kekayaan sebagai sumber kebahagiaan. Dan nampaknya itu tidak banyak yang menangkali. Semua sepakat dan setuju akan konsep ini.
Jika kemudian manusia diperhadapkan pada realita yang berbeda, pada suatu kenyataan yang secara manusiawi menyakitkan, apakah mungkin bahagia yang didamba itu akan dirasa?Mungkin akan ditertawakan oleh banyak orang. Dikatakan gila, tak rasional, tak masuk akal, kenthir dan masih banyak umpatan lainya.
Lalu, ketika ada sebuah ide, usulan, pendapat yang menyatakan bahwa bahagia itu pilihan, kira-kira akan seperti apa reaksi mereka itu ya?
Alkisah, dalam touringnya ke sekitar Asia Kecil Paulus dan Silar sampai pada sebuah kota. Di sana mereka mengajar tentang Injil Yesus. Ada yang disembuhkan, adan yang diajar dan mendapat pembaharuan, namun yang paling  heboh adalah ada yang terusir setannya. Hebuaat!Namun justru inilah masalahnya, seta-seta itu dikendalikan oleh para juru tenung dan mereka bekerja kepada majikan demi segepok uang. Maka ketika banyak yang  tak lagi memerlukan ilmu tenung para petenung yang notabene mengurangi penghasilan mereka. Mereka marah. Paulus dan Silas akhirnya dimasukkan ke dalam penjara. Penjara paling jelek pada masa itu. Gelap,pengab dan sempit. Dingin dan lembab. Mungkin banyak nyamuk dan juga tinggi (binatang ecil yang kalau menggigit menjadikan bentol). Mungkin masih banyak lagi. Semua bisa menjadi pendukung untuk tidak bahagia. Namun mereka malah bernyanyi, mereka bahagia. Ini yang aneh. Ajaib. Mana ada orang dipenjara bisa bersuka cita (Kecuali sekarang karena Penjara itu bisnis fasilitas juga).
Paulus dan silas mengerti darimana, dimaa dan mau ke mana hidup mereka. Dari siapa, dan untuk siapa hidup mereka, karenanya apapun yang mereka alami tak mempengaruhi bahagia mereka. Bagi mereka bahagia adalah suasana hati bukan keadaan di luar diri. Bahagia buka karena mampu mengumpulkan banyak namun manakala mampu membagi eberapa banyak.
 Penjara yang gelap itu membuat keajaiban. Nyanyian Pujian mereka berdua menggoncangkan struktur bumi, ada gempa bumi yang akhirnya melepaskan mereka yang terpenjara. Mereka lepas dari belenggu yang menyencangnya.   Dan mereka hebat, manakala penjaga penjara ketakuta karena merasa lalai dan karena itu mau bunuh diri, mereka menghalanginya. Pengampunan adalah buah dari kebahagiaan. Maka, kita perlu belajar untuk menjadikan bahagia itu pilihan bukan lotre kehidupan.
Selamat  Mencoba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH