Senin, 22 Juli 2013

MARIA DAN MARTHA


Kisah dua perempuan bersaudara di dalam Alkitab Perjanjian Baru (PB) ini merupakan salah satu kisah yang populer di dalam tradisi gereja-gereja. Dan biasanya selalu mempertentangkan dua perempuan ini dalam pusaran permusuhan antara yang benar dan yang salah. Memang benar, Yesus secara tersirat membenarkan pilihan Maria dan dengan demikian tidak begitu setuju dengan pilihan Marta. Namun apakah benar demikian yang terjadi?Awas, jangan terburu menilai namun mari sejenak kita ikuti kisah ini dengan cermat dan seksama.

Kisah yang dicatat dalam Lukas 10 ayat 38-42 ini adalah kelanjutan kisah sebelumnya, setelah Yesus selesai mengajar dengan perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Yesus dan para murid dalam sebuah tour, long march atau perjalana pajang ke seluruh Yudea dengan menyisir kampung-kampung. Kondisi geografi Israel yang di dominasi Padang Tandus nan panas sangat mempengaruhi kondisi tubuh. Perjalanan panjang, letih tak terkira, menghadapi banyak orang yang ruwet,usil,sok paham, sok pintar, sok mengerti, sok salah dan aneka sikap yang lain membuat energi terkuras. Itu  yang (mungkin) sedang dirasakan oleh Yesus dan tentunya para murid. Maka ketika rombongan itu sampai pada sebuah kampung dan memutuskan istirahat, betapa leganya para rombongan. Lukas mencatat bahwa rombongan Yesus menginap atau singgah di rumah perempuan yang menerimanya. Alkitab LAI mencatat bahwa Maria menerimanya, sedangkan BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hari) menerjemahkan dengan bahasa lebih vulgar, yaitu Maria mengundang ke rumahnya. Maria punya saudara perempuan namanya Marta. Nach, kedua saudara perempuan inilah yang menjadi topic permenungan kita.
Ketika Yeses mampir, Ia mengajar dan Maria dengan tekun mendengar (duduk dekat kaki Yesus). Sementara Marta sibuk di dapur (LAI Melayani, sementara BIS sibuk dengan pekerjaan rumah tangganya). Sampai di sini belum muncul masalah dan Yesuspun sepertinya juga tidak mempermasalahka Marta. Namun tiba-tiba (mungkin saking jengkelnya) Marta mendatangi Yesus dan  dengan wajah mengiba dan memelas meminta Yesus menyuruh Maria membantunya. Marta berpikiran Maria tak tahu diri,kebangeten, ada tamu banyak, dari perjalanan jauh kok tidak membantunya menyiapkan hidangan malah duduk enak-enak mendengarkan cerita (dalam bahasa Alkitab pengajaran Yesus). 

Marta jengkel,gemas,marah,kecewa dan mungkin iri atau cemburu.
Nach, mengetahui keadaan demikian Yesus menjawab Marta. Jawabanya sungguh diluar dugaan Marta. Marta berpikir ia akan dibela Yesus karena kewajiban wanita Israel adalah menyiapkan hidangan untuk tamu jika ada tamu. Namun bukanya dibela malah dimarai. Kesalahan Marta bisa jadi bukan karena pilihannya menyiapkan menu hidangan di dapur melainkan iri yang berlebihan dan bermuara ke kebencian. Karena iri dengan saudaranya, maka Marta tega “mempermalukan” Maria di depan banyak orang. Maka hati-hati dengan pilihan hidup. Jika telah memilih jangan mempermaslahkan pilihan orang lain, namun kerjakan pilihanmu untuk kepentingan yang lain. Dari kisah ini kita bisa memetik nilai kehidupan berharga. Sampai dengan pilihannya menyediakan hidangan, Marta tidak pernah dimarahi Yesus, namun ketika iri dan dengki mulai menguasahi dan memprotes yang lain karena benci, maka Yesus tidak mentolerirnya. Maka dari kisah ini, sejatinya menggambarkan kisah kehidupan kita yang sering dikuasahi iri dan benci kepada sesama kita dengan pilihan hidupnya masing-masing.
Selamat menikmati pilihan hidup yang benar dengan tanpa mengusili pilihan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH