BACAAN
Yeremia
23: 1-6
Mazmur
23
Efesus
2:11-22
Markus
6:30-34,53-56
“ ..dan untuk memperdamaikan keduanya. Di dalam satu tubuh dengan Allah oleh salib, dengan
melenyapkan perseteruan perseteruan pada
salib itu…” Efesus 2:16
Antara Bawen dan Tuntang di daerah kabupaten Semarang
Jawa Tengah, dipisahkan oleh ebuah sungai yang bernama Kali Tuntang. Orang jaman sekarang tidak pernah merasakan
betapa sulitnya melewati sungai itu karena sudah ada jembatan di atas kali
tuntang, yang dibangun oleh Belanda saat menjajah negeri ini, puluhan tahun
yang lalu.
Beberapa waktu yang lalu, sekitar 4-5 tahun lalu, ketika
terjadi pembenahan pada jembatan Tuntang, bisa dirasakan betapa repot dan
sulitnya menuju seberang, baik dari arah Bawen ke Salatiga atau sebaliknya. Semua
pengguna jalan, merasakan betapa besarnya manfaat Jembatan itu. Tanpa jembatan
itu, sepertinya sulit atau bahkan tidak mungkin akan terjadi penyeberangan,
karena arus deras serta dalam sungai tuntang, namun karena adanya jembatan,maka
mudahlah relasi itu terjadi.
Pernahkan saudara memikirkan berapa banyak biaya yang
mesti dikeluarkan demi membangun sebuah jembatan?Berapa biaya yang mesti
dikeluarkan demi menjaga keberadaan sebuah jembatan?Dan pernahkan kita sebagai
manusia mencobamenjaga kondisi jembatan itu atau malah merusaknya dengansegala
dalih yang kita berikan?
Sesungguhnya, relasi menusia sebagai ciptaan dengan Tuhan
Sang Pencipta itu terputus ketika manusia jatuh dalam kuasa dosa. Ada jurang
dalam dan lebar serta di tenganya ada sungai berarus deras nan dalam, sehingga
tanpa jembatan tidak mungkin manusia menyeberanginya.
Beruntunglah Tuhan berkenan menjadikan diriNya jembatan
itu.,ingat, menjadikan diriNya jembatan, bukan saja membuatkan jembatan. Tujuannya
jelas, supaya manusia bisa menyeberang dari hukuman dosa menuju kehidupan yang
penuh damai sejahtera.
Silakan saudara renungkan betapa berat dan mahalnya
menjadi jembatan. Siap untuk sendirian mengahdapi terik dan panas, siap untuk
diludahi dan juga dikencingi, siap untuk ditinggalkan dan tidak dihiraukan
lagi. Dan kita manusia yang merasakan fungsi jembatan itu, bahkan tanpa merawat
dan membiayainya, sering kali melukai dan merusak jembatan itu, yang ironisnya
justru dengan dalih sok paham segalnya.
Jurang yang menganga, yang memisahkan relasi itu sudah
dijembatani, namun sering manusia tidak mau menjaga serta memelihara jembatan
itu. Yang ada adalah mencoba merusak jembatan penghubung itu kembali dengan
seribu satu alas an. Jika saudara membaca ini dan tersinggung, berarti anda
sedang atau paling tidak pernah mencoba merusak jembatan penghubung itu.
Salam
(mbahe..)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar