Minggu, 22 Juli 2018

MENJEMBATANI JURANG PEMISAH


BACAAN
Yeremia 23: 1-6
Mazmur 23
Efesus 2:11-22
Markus 6:30-34,53-56

“ ..dan untuk memperdamaikan keduanya. Di dalam  satu tubuh dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan  perseteruan pada salib itu…” Efesus 2:16

Antara Bawen dan Tuntang di daerah kabupaten Semarang Jawa Tengah, dipisahkan oleh ebuah sungai yang bernama Kali Tuntang.  Orang jaman sekarang tidak pernah merasakan betapa sulitnya melewati sungai itu karena sudah ada jembatan di atas kali tuntang, yang dibangun oleh Belanda saat menjajah negeri ini, puluhan tahun yang lalu.
Beberapa waktu yang lalu, sekitar 4-5 tahun lalu, ketika terjadi pembenahan pada jembatan Tuntang, bisa dirasakan betapa repot dan sulitnya menuju seberang, baik dari arah Bawen ke Salatiga atau sebaliknya. Semua pengguna jalan, merasakan betapa besarnya manfaat Jembatan itu. Tanpa jembatan itu, sepertinya sulit atau bahkan tidak mungkin akan terjadi penyeberangan, karena arus deras serta dalam sungai tuntang, namun karena adanya jembatan,maka mudahlah relasi itu terjadi.
Pernahkan saudara memikirkan berapa banyak biaya yang mesti dikeluarkan demi membangun sebuah jembatan?Berapa biaya yang mesti dikeluarkan demi menjaga keberadaan sebuah jembatan?Dan pernahkan kita sebagai manusia mencobamenjaga kondisi jembatan itu atau malah merusaknya dengansegala dalih yang kita berikan?
Sesungguhnya, relasi menusia sebagai ciptaan dengan Tuhan Sang Pencipta itu terputus ketika manusia jatuh dalam kuasa dosa. Ada jurang dalam dan lebar serta di tenganya ada sungai berarus deras nan dalam, sehingga tanpa jembatan tidak mungkin manusia menyeberanginya.
Beruntunglah Tuhan berkenan menjadikan diriNya jembatan itu.,ingat, menjadikan diriNya jembatan, bukan saja membuatkan jembatan. Tujuannya jelas, supaya manusia bisa menyeberang dari hukuman dosa menuju kehidupan yang penuh damai sejahtera.
Silakan saudara renungkan betapa berat dan mahalnya menjadi jembatan. Siap untuk sendirian mengahdapi terik dan panas, siap untuk diludahi dan juga dikencingi, siap untuk ditinggalkan dan tidak dihiraukan lagi. Dan kita manusia yang merasakan fungsi jembatan itu, bahkan tanpa merawat dan membiayainya, sering kali melukai dan merusak jembatan itu, yang ironisnya justru dengan dalih sok paham segalnya.
Jurang yang menganga, yang memisahkan relasi itu sudah dijembatani, namun sering manusia tidak mau menjaga serta memelihara jembatan itu. Yang ada adalah mencoba merusak jembatan penghubung itu kembali dengan seribu satu alas an. Jika saudara membaca ini dan tersinggung, berarti anda sedang atau paling tidak pernah mencoba merusak jembatan penghubung itu.

Salam
(mbahe..)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH