Yeremia 50 :1-7
Mazmur 100
Markus 9 :2-10
“..Lalu Yesus berubah ruoa di depan mata mereka, dan
pakaianNya sangat putih berkilat-kliat. Tidak ada seorangpun di dunia ini dapat
menggelentang pakaian seperti itu..” Markus 9: 2d-3”
Binatang yang terkenal kemampuanya untuk merubah warna
kulitnya adalah Bunglon. Oleh karena itu, jika ada orang yang suka berubah-ubah
pendiriannya, maka akan segera mendapakan cap, seperti Bunglon.
Apakah salah dengan “gaya “ hidup bunglon? Tidak. Apa yang
ada dalam diri Bunglon adalah mekanisme alamiah dari Sang Pencita untuk
kelengkapan Bunglon. Dengan kemampuannya malih rupa itu, paling tidak Bunglon
akan aman dari ancaman predator di sekeliling hidupnya.
Lalu pertanyaannya adalah, jika manusia malih rupa atau sering
berubah sikapnya apakah salah? Inipun tergantung dari tujuannya berubah
sikapnya. Jika perubahan itu adalah bertujuan untuk kebaikan bersama, bukan
untuk keuntungan pribadi, nampaknya baik-baik saja.
Oiya, renungan ini tidak akan berkisah tentang Bunglon
lho ya, hanya mengawali dengan cerita Bunglon dengan kemampuannya berubah warna
kulit. Renungan ini hendak mengajak siapa saja yang membaca tulisan ini,
menyadari bahwa untuk bisa berubah/bermetamorfosis, perlu proses yang tidak
mudah.
Narasi Markus 9 ayat 2d-3, bercerita kepada kita
bagaimana Yesus sebelum menjadi sangat putih wajahNya (berubah) harus MENDAKI
gunung yang tinggi. Perhatikan kata dalam huruf capital. Mendaki atau harus
mengalami pendakian, yaitu perjalanan menuju sebuah puncak dari sebuah tempat
yang lebih tinggi.
Mendaki pastilahbutuh energy yang berbeda dari jalan
datar, juga jalan menurun. Mendaki membutuhkan lebih banyak energy . mendaki
butuh kekuatan yang lebih, konsentrasi yang lebih dan keberanian yang lebih. Dan
sesampainya di puncakpun, pastilah tubuh harus beradaptasi dengan suhu udara
yang berbeda dengan di dataran rendah.
Semua itu sudah dilalui Yesus, dan setelah usai melalui
proses itu,Yesus mengalami peristiwa malih rupa. Bercahaya putih berkilauan
luar biasa. Markus mencatat bahwa tidak ada satupun manusia yang mampu
menggantang kain sehingga menjadi putih seperti wajah Yesus.
Saudaraku, untuk berubah menjdi putih berkilauan (baca
baik), Yesus harus mendaki sebuah bukit. Nah, kitapun untuk bisa “MALIH RUPA”
harus siap dan berani mendaki gunung kehidupan kita. Tidak boleh malas,tidak
boleh mewakilkan, tidak boleh menunda dan tidak boleh mengambil jalan pintas. Harus
berani mendaki. Jika sudah berani mendaki, yakinlah akan terjadi mujijat malih
rupa itu.
Apa bentuknya? Bisa jadi dari yang malas menjadi rajin,
yang pemarah menjadi pengampun, yang cepat mutung menjadi sabar, yang enggan
melayani menjadi rajin melayani, yang suka ngrasani menjadi semangat menerima
kritikan. Pokoknya kuncinya satu, siap mendaki.
Dan setelah mendaki, akan terjadi malih rupa itu. Ayo kita
mendaki biar kita bisa malih rupa itu..
Salam
(Mbah’e)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar