“Bapak, saya minta tolong ya. Sebelumnya mohon maaf jika
saya yang lebih muda ini meminta tolong ke bapak. Saya minta tolong diambilkan gelek (makanan ringan dengan bahan dasar
tepung terigu dan gula dan dihiasi wijen. Di daerah lain dinamakan onde-onde)”.
Ungkap seorang pembawa sebuah diskusi kerohanian.
Sebentar kemudian si bapak yang bertubuh kecil namun
kekar, dengan kumis danjambang yang sudah mulai terlihat memutih bergegas
mengangkat sebuah piring yang berisi beberapa jenis makanan ringan, yang salah
satunya gelek tersebut.
“Bapak..saya minta satu saja, buka satu piring”,
Sergah si pembawa diskusi. Kemudian si
bapak itu meletakkan piring, mengambil satu biji gelek dan menyerahkan ke si
moderator diskusi.
Komunikasi tidak akan pernah sukses jika tanpa pengertian
dan ksepahaman bersama. Di dalam hal ini, mendengarkan dengan seksama sangat
diperlukan. Meminta satu biji, sebuah permintaan yang jelas. Namun mungkin
karena budaya Jawa yang penuh ewuh-pekewuh, sering orang gagal memahami maksut
sebenarnya dari permintaan seseorang terhadap dirinya.
Untung saja dalam narasi tadi terjadi
lalu-lintas komunikasi yang serasi, saat dirasa sesuatu yang diminta berbeda,
kemudian diingatkan dan terjadi penggantian barang, maka saat itu sukseslah
komunikasi. Berbeda halnya jika tidak ada iklim komunikasi dan relasi yang
baik, saat melihat yang diberikan berbeda denganyang dikehendaki,dan tidak
diadakah “dialog lanjutan”, maka bisa membuka kemungkinan retaknya relasi dan
komunikasi.
Bisa jadi yang meminta menggerutu dan kemudian
menyebarkannya ke orang lain, maka timbulah kasak-kusuk. Kasak-ksuk juga bisa
berakibat lebih parah…silakan bayangkan jika yang diminta (diajak komunikasi)
mendengar gerutuan, pasti akan marah dan seterusnya. Itulah dunia komunikasi. Ada
banyak komungkinan timbul dari padanya. Komunikasi yang baik adalah komunikasi
yang membebaskan relasi. Jika ada yang dirasa kurang, maka segera benahi. Karena
dengan komunikasi yang baik, akan memberi dampak luar biasa untuk kehidupan.
Dalam sebuah narasi suci, seorang murid Sang Guru Agung
mendapat informasi bahwa ibu mertuanya sakit. Kemudian sang murid itu
berkomunikasi dengan Gurunya, mengundangNya mampir dan menyembuhkan mertuanya. Bisa
pembaca bayangkan, betapa baiknya komunikasi Si Menantu dengan Si Mertua. Dan akibat
dari indah dan baiknya relasi mereka, ada sakit yang tersembuhkan. Buka itu
saja, banyak orang bisa mendapatkan kesempatan menikmati indahnya komunikasi
dengan melihat kehadiran Sang Guru Agung itu.
Pertanyaan sederhana untuk siapa saja. Sudah baikkah
komunikasi dan relasi anda? Dengan anak,suami, istri,orangtu dan juga
mertua?Silakan rasakan, enak mana komunikasi yang rusak dan komunikasi yang
baik..
Salam komunikasi indah dalam relasi yang baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar