Saudara, mengapa engkau memelihara kebencian sebegitu
dalam? Sementara engkau sedang berbaris mengikuti Sang Cinta tang Sejati?
Mengapa kau berjuang membungkus kebencian itu dengan senyum kaku dan wajah
ramah namun nampak sebuah rona serakah?
Kau selimuti kebencian itu dengan jumlah uang yang
sejatinya bukan milikmu namun selalu engkau merasa sebagai milikmu. Engkau bereteriak
memperjuangkan kejujuran dan keadilan sementara dibalik bajumu terselip belati
tajam kebencian, engkau berteriak lantang seolah memperjuangkan keramahan namun
di balik wajahmy yang tersenyum itu nampak ada sebuah keterpaksan.
Di dalam dirimu ada bagian-bagian penyusup yang sukanya
berteriak bak pahlawan, laksana pejuang dengan tingkat kepandaian sang maestro,
namun sejatinya hanyalah seekor kutu. Seekor kutu yang seketika terasa kuat
akibat gigitannya, namun sebenarnya Cuma binatang kecil yang sekali sentuh,
hancur berkeping-keping. Di dalammu, ada pemicu yang seolah bintang terang
namun saat diajak melakukan apa yang diteriakannya, lari tunggang langgang
seperti rusa mendengan kedatangan singa.
Kau mengatakan meniti jalan cinta, namun hanya
kemunafikan yang menjadi nafasmu. Tidak usahlah
berguru sampai ke pedalaman bumi untuk bisa membaca gerakmu. Gerakmu masih mentah,
masih mudah dibaca oleh siapa saja. Ingatlah saudara, kita hidup di dalam tata
hukum alam semesta. Hukum yang adil, yang tidak bisa ditipi oleh apa dan siapa.
Dirimu bisa menipu sesamamu, namun alam raya, alam
semesta ini tidak mungkin bisa kau tipu. Bahkan sebenarnya, engkau tidak bisa menipu dirimu
sendiri. Kecewamu pada satu sisi, sudah membutakan matamu untuk selaksa
kebaikan sesamamu. Ingatlah, alam ini
punya caranya sendiri untuk menata keteraturannya, menata keharmonisan tata
laku hidupnya. Benci yang engkau tanam, sudah bertunas,sudah bertumbuh, dan
sepertinya segera berbuah. Kebencianmu terhadap saudaramu sudah semakin tiada
terkendali, sementara engkau berteriak sedang meniti jalan cinta.
Seperti minyak dan air, serupa namun sangat berbeda,
demikian juga bencimu,meski engkau gemakan cinta,namun tetaplah benci. Hanya
saja, belajarlah dari keadilan semesta, bahwa dia tidak mungkin akan bisa
diatur oleh dirimu.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar