Salah satu keinginan dasar atau naluri manusia
adalah ingin dihargai atau ingin dihormati. Demi hormat dan harga diri sering
manusia melupakan hakekatnya sebagai ciptaan yang segambar dengan Allah. Demi
harga dirinya,sering manusia menyakiti dan melukai bahkan membunuh sesamanya.
Banyak kisah bercerita tentang manusia yang demi mempertahankan harga dirinya
rela melukai dan menyakiti dan bahkan membunuh sesamanya.
Persoalan harga diri dan hormat ini ternyata sudah
ada semenjak dahulu. Pun demikian dengan keadaan social masyarakat di Jaman
Yesus berkarya. Banyak orang berlomba-lomba memperjuangkan serta membela harga
dirinya dengan segala macam cara. Bagi manusia,dihormati oleh yang lain terasa
begitu penting sehingga segala cara ditempuh untuk menggapai keadaan terhormat.
Mengetahi keadaan yang demikian, Yesus merasa
perlu untuk memberikan pembelajaran dan sekaligus memberikan sebuah tegoran.
Melalui perumpamaan orang yangs sedang punya hajad. Dalam banyak kasus, saat
menghadiri sebuah pesta atau undangan apapun, orang ingin disapa dan dihormati
serta dihargai. Maka,untuk sampai ke penghargan dan penghormatan itu, manusia
berjuang dengan segala cara untuk mengapainya. Saat pesta dalam Lukas 14,ayat 1
dan ayat 7-14, Yesus memberi perumpamaan tentang para tamu yang ingin dihargai
dan disanjung dengan statuus lebih dari yang lain. Cara untuk menunjukan itu
adalah dengan duduk di depan. Menurut Yesus, upaya untuk mendapatkan
penghargaan dan penghormatan dengan tampil popular itu salah. Bagi Yesus,
rendah hati dengan jalan “Mempersilakan”
yang lain lebih dahulu adalah hal utama.
Dari cerita di Lukas 14 ini, kita bisa memetik
pembelajaran penting bahwa, upaya mendapat penghormatan bisa gagal jika tidak
didasari sikap rendah hati. Berupaya “Duduk di depan” dalam konteks cerita
Yesus adalah symbol kesombongan. Maka, kesombonganm mesti ditumpas. Yesus
menghendaki kerendahhatian,menghendaki mendahulukan yang lain mendapat
kesempatan baik. Dengan mendahulukan yang “yang lain” memperoleh
kebaikan,memperoleh kesempatan berarti telah berhasil mengendalikan
hasrat,keinginan dan ambisi pribadi. Ini yang Yesus kehendaki. Iman yang benar
adalah iman yang penuh kerendahhatian. Selamat meniti jalan iman yang penuh
nuansa rendah hati..