Selasa, 24 Mei 2016

SIKLUS KEHIDUPAN


Alam ini sejatinya bergulir dengan hukum-hukumnya yang pasti dan di dalamnya bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa ada putaran kehidupan yang kemudian dinamakan siklus. Semua ciptaan ada di bawah kekuasaan hukum semesta yang bernama siklus. Biji tanaman berasal dari pohon, pohon berasal dari biji. Putaran ini tidak bisa dihindari dan –meski ada teknologi hebat semacam cangkok dan stek- menjadi siklus yang paling kuat.
Seperti tumbuhan, sejatinya manusia-pun selalu menjalani siklus di dalam kehidupannya. Semenjak tidak ada menjadi ada, sedari janin menjadi bayi,lahir,anak-anak,remaja,pemuda,dewasa dan kemudian tua lalu meninggal. Saat meninggal,banyak yang berpikir terjadi keterpisahan total dengan yang masih terjaga kehidupannya di alam fana. Namun benarkah telah terjadi keterpisahan total?Bukankah yang meninggal itu kemudian jasadnya menyatu dengan bumi,lalu berubah bentuk menjadi nutrisi tanah yang diserap oleh tumbuhan dan kemudian menghasilkan kesegaran dedaunan nan hijau, setelah itu dedaunan itu menghasilkan oksigen dan juga karbon diogsida yang sangat diperlukan manusia?Belum lagi saat nutrisi tanah itu kemudian menghasilkan buah-buah ranum yang akhirnya di makan oleh manusia, bukakah ini juga wujud kemenyatuan? Bukankah ini wujud kebersamaan dan kemenyatuan sejati?
Jika manusia bisa menyadari hakekat kemenyatuan dan persekutuan abadi dalam wujud berbeda,maka semestinya tiada lagi kedukaan mendalam saat terpisah sewaktu ada salah satu anggota yang meninggal dunia.

Meninggal dunia adalah cara lain manusia bereksistensi. Kematian adalah perwujudan kemenyatuan yang abadi, karena dengannya,siapa saja dan di mana saja bisa menyatu dalam seluruh gerak dan nafas alam semesta. Mengerti dan kemudian menghayati siklus kehidupan akan membawa setiap manusia menghargai setiap gerak dan sisi kehidupan, meski berbeda dan tidak selalu terlihat bersama.

Salam Semesta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH