Selasa, 17 Oktober 2017

Si Tugu Penanda Desa



Kemarau yang panjang menjadikan panas terasa menyengat , bahkan lebih terasa sangat menyengat. Akibat panas dan sengatannya, membuat beberapa makluk serasa tidak kuat menghadapinya. Jika ia makluk hidup, maka ia akan berjuang beradaptasi dengan panasnya alam dengan salah satu caranya mengurangi dedaunannya. 

Sementara manusia dengan segala kemampuan akalnya membuat berbagai macam alat untuk menaklukan, atau setidaknya mengurangi sengatan panasnya alam, dan memang berhasil.


Adalah sebuah tugu, sebagai penanda perbatasan desa. Panas yang sangat menyengat menyebabkan dia tersiksa dan akirnya cat yang menghiasi “raganya” terkelupas, sehingga menampilkan bentuk serta warnanya yang asli. Seseorang, entah karena inisiatif sendiri atau karena proyek, sesaat sebelum musim penghujan datang, memberi warna kembali ke tugu penanda itu. Entah berapa harga poewarna itu, yang pasti di hari yang kemudian, tugu penanda di batas desa itu berubah lebih cantik dan elok dari sebelumnya. Semua itu menjadikan siapa saja yang memandang menjadi terkesima, heran dan kagum serta mengagumi keindahan serta keelokan tugu penanda itu.

Dan musim hujanpun tiba, dengan segala curahan air serta udara dinginnya. Semua terlena dengan rasa sukacita karena panas akan segera tergantikan dengan sejuknya suasana. Tumbuhan mulai tumbuh di setiap sudut-sudut tanah karena percintaan air dan benih yang menghasilkan tumbuhnya benih yang tersebar di seluruh semesta. Semua seolah mencipta keindahan semesta, dan melupa akan banya hal.

Air hujan yang membuat setiap benih menemukan cinta sejatinya itu juga mengguyur tugu penanda yang belum lama di rias agar tercipta keindahannya. Namun kekuatan polesan warna cat yang membuatnya nampaka elok dalam beberapa saat sirna atau luruh oleh kekuatan alam yang mewakilkan air hujan untuk “menguji” kekuatan hidupnya, sehingga yang nampakkemudian adalah sosok tugu penanda batas desa yang kusam dan tidak menarik kembali.

Spiritualitas yang paling kokoh adalah jujur dan apa adanya, jika spiritualitas itu terbangun dalam polesan-polesan ketidakjujuran, maka serbuah alam semesta dengan segalam macam “amunisinya” akan mengembalikan apapun substansi alam ini ke wujudnya yang asli. Siapapun anda, tampilah sesuai dengan kapasitas diri anda, karena dengan tampil sesuai kapasitas dirinya anda, anda akan menjadi lebih kuat untuk menghadapi gelora semesta ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH