Sabtu, 22 Juli 2017

Melihat Buahnya, Bukan Batangnya




“…Biarkan keduanya tumbuh sampai waktu menuai…”. 

Kalimat di atas adalah jawaban Pemilik ladang yang disampaikan kepada para pekerjanya yang mengusulkan agar ilalang yang tumbuh bersama gandung di lading itu dicabut. Dan dialog dalam kalimat itu adalah sebuah perumpamaan yang dipakai Yesus untuk menjelaskan kepada para pendengarNya tentang kerajaan Surga.

Pertanyaannya adalah, mengapa Yesus “membiarkan” ilalang itu tetap tumbuh dan tidak mengijinkan pekerjanya mencabutnya? Jawaban sederhana dari pertanyaan ini adalah supaya batang gandum tidak ikut tercabut dan juga menghindari kesalahan, mencabut batang gandung dan bukannya mencabut batang ilalang. Namun selain dua kemungkinan jawaban di atas, ada satu hal yang menarik untuk dimunculkansebagai alternative jawaban terkait pengapa Ilalng tetap diijinkan “hidup” bersama dengan gandum.

Jawaban itu adalah, agar batang gandum memiliki spirit kompetisi hidup yang kokoh dan supaya melalui buahnyalah prestasi itu nampak. Yesus nampak sekali ingin menyuntikkan spirit “persaingan” kepada para pendengarnya, agar para pendengar sadar bahwa hidup ini adalah perjuangan dan perjuangan selalu berhadapan dengan beraneka macam tantangan. Dengan adanya “ilalang” di sekitar hidupnya, maka gandung terpacu untuk bertahan hidup, terpacu untuk memenangkan persaingan dan akhirnya melalui buahnyalah siapa gandum dan siapa ilalang terlihat.

Di sini vonis-vonis awal tidak diijinkan oleh Yesus. Yesus memberikan kesempatan kepada siapa saja menikmati hidup, hanya diakhir masa kehidupan itulah, hadiah akan membuktikan siapa dirinya yang sebenarnya.

Dari narasi gandum dan ilalang ini, paling tidak kita bisa menarik beberapa pelajaran hidup dalam iman. Jangan cepat menghakimi, jangan manja dengan ingin “hidup sendiri” tanpa tantangan dan juga tunjukanlah buah kehidupan, bukan hanya “pohon” yang sulit dibedakan, antara iallang dan gandum. Melalui renungan ini, paling tidak pembaca semua bisa menilai dirinya sendiri, gandumkah atau ilalangkah? Suka menilai dari pohon saja ataukah sabar menunggu buahnya?
Selamat Hari Minggu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH