Tangisan Bayi
Di Suatu Senja
Gerimis
sore akhir bulan Desember dan kabut tipis meniup serta
melintas pucuk-pucuk diantara dedaunan. Beberapa ekor burung pipit terbang tergesa
menuju rimbunan pohon usai melahap padi yang menguning. Deru beberapa kendaraan
bermotor mengisi suasana senja....
Di
sebuah gedung yang bentuk bangunannya berbeda dengan rumah-rumah penduduk,
terdengar hingar-bingar. Ada suara nyanyian,suara riang gembira anak-anak menyatu. Juga di beberapa
sudut gedung, kaum lelaki duduk-duduk sembari menikmati cigaret mereka...
Beberapa
saat kemudian keluarlah banyak orang dari gedung itu, mereka sangat bergembira dari wajahnya terlukis sebuah gembira meski itu entah mengapa.
Muka mereka ceria dan
sangat cerah dibalik temaramnya senja. Sungguh semua terlihat bersuka
ria..Dalam kesukan mereka, sekonyong-konyong terdengar sayup suara tangisan
bayi...Awalnya lirih namun kemudian semakin jelas dan keras. Beberapa
dari mereka seolah tidak mendengar atau bahkan tidak memperhatikan suara tangisan
bayi itu...
Hingga
kemudian terjadi percakapan...
"Suara
bayi siapa sih sore gerimis seperti ini
dibiarkan saja. Sungguh keterlaluan orangtua bayi itu..." Komentar seorang ibu setengah baya yang
kemudian ditimpali bapak-bapak yang
berjalan didekatnya.
"Mungkin
sedang meriang bayi itu..tapi anak siapa ya?Setahu saya di kampung ini tidak
ada yang punya anak kecil, bayi lagi."
Mereka
melanjutkan perjalanan menuju ke rumah mereka. Namun suara bayi menangis itu
semakin keras terdengar. Beberapa orang yang habis pesta itu kemudiian
memberitahukan kepada yang masih ada di gedung tempat mereka
usai melaksanakan pesta itu sehingga banyak dari mereka yang kemudian berkumpul bersama
menyimak tangisan bayi itu.
Tangisan
bayi itu semakin nyaring dan seolah sangat dekat dengan mereka yang sedang berkumpul. Dan jumlah
yang berkumpul dari gedung tempat pesta
itu juga semakin banyak..
Suara
tanngisan bayi itu semakin nyaring..semakin keras terdengar, seolah suara tangisan
itu hanya berjarak sepuluh meter dari tempat mereka berkumpul.
Hari
semakin gelap,semakin dingin. Kabut yang tadinya lembut
dan tipis semakin tebal...senja telah sempurna dan malam menyapa dengan selimut
hitamnya..Rintik gerimis semakin lebat, meski lembut
namun cukup untuk membuai dingin suasana. Sementarra itu tangissan bayi semakin
merampas perhatian bahyak orang yang berkumpul itu. Hingga kemudian.......
"Astaga.....ini
dia bayi itu..ini...di siniiiii.......!"Teriak seorang pemuda yang ternyata
menemukan di mana bayi itu terbaring. Ternyata ada di sebuah tempat, di bawah
rimbunan pohon jambu dan itu membuatnya aman dari terpaan
gerimis. Serentak banyak orang mengalihkan perhagian ke arah yang ditunjuk anak
muda itu dan memang benar, ada keranjang bayi kumal
di situ dan anehnya, didekatnya berdiri seseorang yang menjaganya. Seorang ibu yang nampaknya
berusia sekitar 25 tahun...
"Hai...mengapakah
engkau membiarkan bayi ini menangis terus, adakah engkau ibunya dan jika engkau
ibunya,mengapakah engkau biarkan anakmu
menangis tiada henti di senja seperti ini?" Selidik
seseorang berpakaian paling rapi diantara
mereka. Perempuan di dekat bayi itu nampak tenang meski terlihat
berupaya menjaga bayi itu dari terpaan air hujan. Tangisan bayi itu mulai mereda.
Beberapa orang nampak semakin mendekat dan nampaklah keranjang bayi yaang
nampak kumal dan sudah usang.
"Ibu,apakah
engkau ibu dari bayi ini?"Tanya seorang ibu yang rambutnya telah mulai
memutih.
"Iya..saya
ibu dari bayi ini..."Jawab perempuan kumal di dekat bayi yang tangisnya mulai mereda itu.
"Dari
mana ibu berasal, setahu kami ibu bukan asli dari daerah ini?"lanjut ibu
itu menanya.
Perempuan
itu diam maka heninglah suasana. Hening dan terasa sangat hening. Seolah alam
semesta ikut mendukung keheningan. Gerimis juga mulai mereda, namun semilir
angin bulan desember justru semakin menjadikan dingin senja itu semkin menusuk
tulang.
"Benar
ibu,saya bukan orang asli sini. Saya sendiri tidak tahu berasal dari mana. Yang
saya tahu,saya sedang merawat bayiku ini. Kalau boleh saya tahu, dari acara apakah ibu dan
saudara semua ini?"perempuan penjaga bayi yang ternyata ibu dari bayi itu
malah balik bertanya.
Masih
dalam serambi malam yang dingin,ibu berambut putih itu menjawab. "Kami
baru saja usai merayakan natal..kami bersukaria karena kami mengenang hadirnya
Allah dalam diri Bayi Yesus Kristus. Dengan hadirnya Allah dalam diri Bayi Yesus
itu, kami manusia yang telah terjerumus ke dalam dosa dan karenanya mesti binasa
kembali mendapatkan keselamatan."
Suasana
kembali senyap. Tida ada yang bersuara, hanya gemerisik dedaunan tersapa angin
dan jatuhnya air hujan menghias suasana. Sungguh senyap hingga nafas mereka
yang berkumpul sayup terdengar.
Kemudian
seorang lelaki pendek, berusia sekitar 70 tahun mendekati bayi dan ibunya.
Langkahnya pelan namun tegap serta mantab. Sambil berjongkok di bawah rimbunan
daun jambu itu, lelaki itu bertanya. "Ibu, siapakah nama ibu dan
darimanakah ibu ini berasal?Bolehkanlah kami mengenal ibu dan jika memungkinkan
biarlah ibu singgah di rumah salah satu dari kami"
Perempuan
ibu dari bayi itu beringsut, kemudian meraih keranjang bayinya yang kumal. Di
dekapnya keranjang itu, tangisan bayi itu telah benar-benar berhenti. Sambil
menahan dingin perempuan itu menjawab.
"Kata
orang, namaku Maryam, nama bayiku ini masing-masing tempat berbeda
menyebutNya. Ada yang menyebut Isa, ada yang menyebut Yesus, ada juga yang
menyebut Almasih. Kami datang ke tempat ini
karena mendapat kabar berita bahwa banyak orang hendak menyambut dan merayakan
hadirnya Sang Mesias, namun saat tiba
saatnya, tak ada satupun yang memberi ruang untuk kami,
terkhusus
Bayiku ini berada. Semua sibuk dengan pesta dan
bersuka ria. Bahkan saat kami hendak masuk ke gedung itu semua menatap kami
dengan sinis. Bayi inilah Yesus yang sebenarnya kalian rayakan".
Sambil
menjawab kalimat yang terakir itu, perempuan
itu beranjak,menggendong bayinya kemudian pergi. Semua yang hadir
terpana...
Dan
suasana kembali senyap.........