Senin, 14 Desember 2015

Tidak Selalu Linier...

Aku Tidak Berasal dari Buah yang Bagus, Tapi Pasti Akan Menjadi Buah yang Berguna

Aku duduk terdiam mencari ketenangan, dalam gang kecil yang memanjang ini banyak kehidupan hitam yang ku temui, aku tidak merasa takut, meski disekelilingku bertebaran manusia-manusia yang jauh dari Tuhan. Mereka asik meneguk minuman keras, bercumbu dengan pasangannya hingga lupa diri dan ngobat sampai Fly.
Sesekali aku perhatikan mereka satu persatu, aku tidak pernah tau alasan mereka berbuat seperti itu, namun perkiraanku pasti mereka orang-orang yang tidak jauh berbeda dengan aku yang sekarang. Aku tertawa, aku menertawakan mereka dan diriku sendiri, ku lihat wajahku di cermin yang kusam, menatap diri lebih dalam, dan kini aku menangisi diriku sendiri. Aku kehilangan arah, dan kini aku tidak memiliki tujuan, aku hanya ingin bebas terlepas. Berlari hingga aku merasa lelah. Tidak! Aku tidak akan lelah untuk berlari!
“Mengapa kamu bawa dia kesini? Maksudmu apa? Apa kamu sudah tidak suka dengan keberadaanku di rumahmu?” kemarahanku mulai bergejolak, saat ku lihat Guru SMA-ku tiba-tiba ada dalam kamar, dia sudah menunggu kedatanganku ternyata.
“Jangan marah pada Nina. Ibu yang sengaja datang kesini Vin. Tenangkan dirimu dulu.” Ia medekatiku, memberikan sentuhan lembut pada pundakku.
“Mau apa kesini?” Tanyaku ketus.
“Ibu melihat kamu berada di gang itu tadi. Apa yang kamu lakukan?” Tanya dia dengan lembut.
“Bukan urusanmu!”
“Apa kamu..?” Kini dalam inotasinya ia menyimpan kecurigaan.
“Tidak! Dalam hidupku aku tidak pernah sekalipun melakukan hal itu, hal yang kamu lihat di gang tadi. Sekalipun tidak!” aku meninggikan nadaku.
“Lalu mengapa kau kesana? Ceritalah pada Ibu. Percayakan pada Ibu, Vina.” Aku terdiam, mengatur amarah dan kecewaku..
“Ketika aku lahir, semua keluarga sangat bahagia, terlebih kedua orang tuaku. Saat itu aku terlahir premature, kata Mamah aku terlahir sangat kecil, tapi sangat mengemaskan, apalagi saat aku mulai tumbuh sebagai balita sehat. Mamah sering cerita masa-masa kecil diriku. Aku banyak disukai orang-orang, dulu sebelum aku pindah ke tempat ini, para tetangga sering menculikku, dan ketika mereka menggembalikan aku, aku sudah dalam keadaan bersih rapih dan tentunya cantik, mereka memandikanku, memakaikan baju baju bagus. Aku terkaget ketika mendengarkan cerita itu, aku berfikir pasti mamah dan ayah begitu bangga dengan diriku, yaa diriku saat masih kecil. Sekarang aku sudah mulai dewasa, umurku telah menginjak 18 tahun. Kehidupan yang ku jalani sekarang, sebelumnya tidak pernah terfikirkan. Sungguh! Ibu tidak merasakan bagimana hidup ditempat yang tidak semestinya. Rasanya setiap hari aku hanya bisa menghirup udara kotor, hingga aku sesak! Aku ini hanya manusia biasa.” Ibu menatap Iba diriku yang mulai bercucuran air mata, entah air mata pertanda sedih atau terharu bercerita masa kecil. “Sejak aku kecil sebenarnya aku sering menemui hal-hal janggal dalam keluarga ini.”
“Mah, ayah kemana? Ko ga pulang-pulang” Tanya diriku polos.
“Ayah sekarang kerjanya jauh. Jadi pulangnya lama.” Jawab mamah sambil membuatkan makanan untukku.
“Mamah udah ini mau pergi kerja lagi ya?”
“Iya, hati-hati di rumah ya. Jangan nakal. Nurut sama Ibu.” Nasehat mamah yang selalu di sampaikan sebelum pergi kerja. Sejak kecil aku di asuh oleh kakak Mamahku, aku memanggilnya Ibu.
Setelah lama tidak berjumpa dengan Ayah, mungkin lebih dari 2 bulan, akhirnya saat aku asik menonton tivi aku melihat sosoknya. Sosoknya yang saat itu terasa sangat tinggi, aku sangat sulit menggapai rambutnya. Aku hanya bisa mengenggam tangannya dan bergelantungan di kakinya yang jenjang.
“Ayaaaaaaaaaaaahh!!” aku memanggilnya kencang. Aku merasa sangat bahagia saat itu, jika sekarang aku teringat hal itu, perasaan sangat bahagia itu mucul kembali.
Kemudian aku digendongnya. Aku tidak mau turun dari pangkuannya, tidak mau lepas dalam pelukannya. Aku tidak mau. Aku tidak mau. Aku masih merindukannya. Tapi rasa kebahagiaan itu sejenak hilang tergantikan dengan rasa ketakutan yang sangat mendalam, hingga kini tidak terhapus dari rekaman dalam otakku. Tapi aku kecil tidak tahu menahu, yang ku tahu ada sesosok lelaki yang tanpa permisi, Dia masuk rumah dengan mengacungkan pisau, ujung pisau itu mengkilat, aku berlindung dibalik kaki Ayah. aku kenal lelaki itu. Aku sangat takut tapi tidak menangis atau berterik, lalu aku di tarik oleh Ibu dan langsung di bawa ke kamar. Kemudian aku hanya bisa mendengar, aku mendengar mereka saling berteriak, suasana menjadi gaduh. Ibu keluar kamar dan aku dengar, ibu menyuruh Ayah untuk pergi. Sesaat suasana yang gaduh menjadi tenang setelah suara bantingan pintu yang sangat kencang serasa meledak di telingaku.
Malam datang, kejadiaan tadi siang belum bisa terlupakan. Aku yang tadinya ...............Selengkapnya dihttp://nomor1.com/donise305/aku-tidak-berasal-dari-buah-yang-bagus-tapi-pasti-akan-menjadi-buah-yang-berguna.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH