Harga
sebuah Ketulusan
Uang, semenjak diberlakukan sebagai alat penukar
sering menjadi pangkal persoalan. Dengannya manusia bisa hidup rukun, tenang
dan bahagia. Namun dengannya pula, manusia bisa saling bunuh satu dengan yang
lainnya. Dengan uang, manusia bisa membuat sesama tersenyum riang namun dengan
uang pula manusia bisa terluka dan bersedih sepanjang waktu. Uang, pada dirinya
sendiri, dia tidaklah berarti. Ia berarti justru karena manusia yang memberi
arti. Renungan ini tidak hendak menguraikan persoalan sejarah uang dan
perkembangannya, namun hendak mengajak saudara semua, yang membaca tulisan
ini,melihat diri masing-masing saat berada di sekitar uang. Adakah uang itu
menguasai kita atau kita yang menguasai
uang?
Injil Markus pasal 12 ayat 30-44, berkisah tentang
pandangan Tuhan Yesus tentang persembahan. Kebetulan saat itu sedang beribadah
dan waktunya memberi persembahan. Banyak golongan kaya yang memberi dalam
jumlah nominal besar, namun sedikit jika dibandingkan dengan jumlah uang yang
mereka terima atau miliki. Hal itu berbanding terbalik dengan persembahan
seorang janda. Si Janda hanya memberikan dua peser, atau satu duit, seharga
biaya hidup minimal saat itu dalam satu hari. Dalam pandangan Yesus, pemberian
janda itu lebih besar dari siapa saja yang memberikan uang/harta yang secara
nominal lebih besar, mengapa? Karena yang ia persembahkan ialah sejumlah biaya
hidupnya dalam satu hari itu. Si Janda meyakini bahwa dengan memberikan
persembahan sejumlah uang sebesar biaya
hidup selama satu hari, Tuhan tidak akan meninggalkannya, akan tetap
memeliharanya. Ia tidak ambil pusing akan makan apa hari itu, kenapa tidak
pusing?Karena yakin selalu dalam pemeliharaan Tuhan. Si Janda, menunjukan
Hakekat iman kepada Tuhan, iman tentang pemeliharaan Tuhan yang sempurna. Janda
itu melihat (seperti Bartimeus) dengan iman bahwa uang itu alat bukan tujuan,
sehingga dia memberikan sejumlah yang ia miliki, bukan sejumlah (kecil) dari
miliknya. Ini berbeda dengan doa kita, selalu menyebut “Sejumlah kecil persembahan
ini...” Ini yang membedakannya dengan orang kaya, benar si kaya
memberikan uang dalam jumlah besar, namun ia masih punya cadangan untuk hidup,
sehingga dengan persembahannya, belum tentu itu sebagai wujud iman, karena bisa
jadi si kaya tidak beriman kepada pemeliharaan Tuhan, melainkan beriman dengan
alat tukar yang bernama uang.
Mengapa Yesus memuji persembahan si Janda Miskin?
Karena Menurut Yesus, harga hidup manusia itu lebih mahal dari apapun harta
ini,meski hanya satu hari namun dalam konsep berpikir Yesus, itu jauh lebih
mahal dari berapapun jumlah uang itu. Dan karena si Janda itu memberikan semua
miliknya, maka itu yang berkenan. Totalitas dalam segala hal, itulah spirit si
Janda itu. Si Janda meyakini pemeliharaan Tuhan dengan sangat sungguh-sungguh
dan Tuhan mendengar itu maka
dipujanyalah tindakan perempuan itu. Ketulusan
Janda itu mendapat perhatian dari yesus, dan itu yang perlu menjadi teladan
untuk siapa saja. Memberi dengan tulus, dengan sepenuh hati dan sesuai dengan
berkat yang diterimanya.
Untuk kita? Silakan merenungkannya
sendiri-sendiri.
Salam