Sabtu, 07 November 2015

Spiritualitas yang Sadar akan Resiko

Harga sebuah Ketulusan
Uang, semenjak diberlakukan sebagai alat penukar sering menjadi pangkal persoalan. Dengannya manusia bisa hidup rukun, tenang dan bahagia. Namun dengannya pula, manusia bisa saling bunuh satu dengan yang lainnya. Dengan uang, manusia bisa membuat sesama tersenyum riang namun dengan uang pula manusia bisa terluka dan bersedih sepanjang waktu. Uang, pada dirinya sendiri, dia tidaklah berarti. Ia berarti justru karena manusia yang memberi arti. Renungan ini tidak hendak menguraikan persoalan sejarah uang dan perkembangannya, namun hendak mengajak saudara semua, yang membaca tulisan ini,melihat diri masing-masing saat berada di sekitar uang. Adakah uang itu menguasai kita atau kita yang  menguasai uang?
Injil Markus pasal 12 ayat 30-44, berkisah tentang pandangan Tuhan Yesus tentang persembahan. Kebetulan saat itu sedang beribadah dan waktunya memberi persembahan. Banyak golongan kaya yang memberi dalam jumlah nominal besar, namun sedikit jika dibandingkan dengan jumlah uang yang mereka terima atau miliki. Hal itu berbanding terbalik dengan persembahan seorang janda. Si Janda hanya memberikan dua peser, atau satu duit, seharga biaya hidup minimal saat itu dalam satu hari. Dalam pandangan Yesus, pemberian janda itu lebih besar dari siapa saja yang memberikan uang/harta yang secara nominal lebih besar, mengapa? Karena yang ia persembahkan ialah sejumlah biaya hidupnya dalam satu hari itu. Si Janda meyakini bahwa dengan memberikan persembahan sejumlah uang  sebesar biaya hidup selama satu hari, Tuhan tidak akan meninggalkannya, akan tetap memeliharanya. Ia tidak ambil pusing akan makan apa hari itu, kenapa tidak pusing?Karena yakin selalu dalam pemeliharaan Tuhan. Si Janda, menunjukan Hakekat iman kepada Tuhan, iman tentang pemeliharaan Tuhan yang sempurna. Janda itu melihat (seperti Bartimeus) dengan iman bahwa uang itu alat bukan tujuan, sehingga dia memberikan sejumlah yang ia miliki, bukan sejumlah (kecil) dari miliknya. Ini berbeda dengan doa kita, selalu menyebut “Sejumlah kecil persembahan ini...” Ini yang membedakannya dengan orang kaya, benar si kaya memberikan uang dalam jumlah besar, namun ia masih punya cadangan untuk hidup, sehingga dengan persembahannya, belum tentu itu sebagai wujud iman, karena bisa jadi si kaya tidak beriman kepada pemeliharaan Tuhan, melainkan beriman dengan alat tukar yang bernama uang.
Mengapa Yesus memuji persembahan si Janda Miskin? Karena Menurut Yesus, harga hidup manusia itu lebih mahal dari apapun harta ini,meski hanya satu hari namun dalam konsep berpikir Yesus, itu jauh lebih mahal dari berapapun jumlah uang itu. Dan karena si Janda itu memberikan semua miliknya, maka itu yang berkenan. Totalitas dalam segala hal, itulah spirit si Janda itu. Si Janda meyakini pemeliharaan Tuhan dengan sangat sungguh-sungguh dan  Tuhan mendengar itu maka dipujanyalah  tindakan perempuan itu. Ketulusan Janda itu mendapat perhatian dari yesus, dan itu yang perlu menjadi teladan untuk siapa saja. Memberi dengan tulus, dengan sepenuh hati dan sesuai dengan berkat yang diterimanya.
Untuk kita? Silakan merenungkannya sendiri-sendiri.

Salam 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH